3. PT Primajaya mencatatkan peredaran bruto sebesar Rp80.000.000.000 selama tahun 2022, pada tahun 2023 meningkat sebesar 20% . Perusahaan menggunakan norma penghitungan penghasilan netto senilai 30% dalam penghitungan pajaknya. Di bawah ini merupakan beberapa keterangan tambahan yang diperoleh selama 2022. PPh Pasal 21 dipotong atas penghasilan pegawai Rp286.000.000 PPh Pasal 22 dipungut Bea Cukai Rp320.000.000 PPh Pasal 23 dipotong pihak lain Rp263.000.000 Beban PPn Keluaran Rp650.000.000 Tagihan Pajak termasuk denda Rp6.800.000 Rp 32.800.000 Ditanyakan : c. Berapakah besar pajak kurang (lebih) bayar di 2022? d. Berapakah besar angsuran PPh25 per bulan untuk tahun 2023 dan bagaimana penjurnalannya?

**c. Pajak Kurang (Lebih) Bayar di 2022**Pertama, kita hitung peredaran bruto tahun 2022: Rp 80.000.000.000Selanjutnya, kita hitung penghasilan neto tahun 2022 dengan menggunakan norma 30%:Penghasilan Neto = Peredaran Bruto x Norma Penghasilan NetoPenghasilan Neto = Rp 80.000.000.000 x 30% = Rp 24.000.000.000Kemudian, kita hitung Pajak Penghasilan (PPh) terutang tahun 2022:PPh Terutang = Penghasilan Neto x Tarif PPh Badan (asumsi tarif 25%)PPh Terutang = Rp 24.000.000.000 x 25% = Rp 6.000.000.000Selanjutnya, kita hitung total pajak yang telah dibayar di tahun 2022:Total Pajak Dibayar = PPh Pasal 21 + PPh Pasal 22 + PPh Pasal 23 + Tagihan PajakTotal Pajak Dibayar = Rp 286.000.000 + Rp 320.000.000 + Rp 263.000.000 + Rp 6.800.000 + Rp 32.800.000 = Rp 902.600.000Terakhir, kita hitung pajak kurang (lebih) bayar:Pajak Kurang (Lebih) Bayar = PPh Terutang - Total Pajak DibayarPajak Kurang (Lebih) Bayar = Rp 6.000.000.000 - Rp 902.600.000 = Rp 5.097.400.000**Kesimpulan:** PT Primajaya mengalami pajak kurang bayar sebesar Rp 5.097.400.000 di tahun 2022. Ini berarti perusahaan masih harus membayar kekurangan pajak tersebut. Catatan: Perhitungan ini mengasumsikan tarif PPh Badan sebesar 25%. Tarif sebenarnya dapat berbeda tergantung peraturan perpajakan yang berlaku. Beban PPn Keluaran tidak termasuk dalam perhitungan PPh Badan.**d. Angsuran PPh Pasal 25 Tahun 2023 dan Penjurnalannya**Pertama, kita hitung peredaran bruto tahun 2023:Peredaran Bruto 2023 = Peredaran Bruto 2022 x (1 + 20%)Peredaran Bruto 2023 = Rp 80.000.000.000 x 1.20 = Rp 96.000.000.000Selanjutnya, kita hitung penghasilan neto tahun 2023:Penghasilan Neto 2023 = Peredaran Bruto 2023 x 30%Penghasilan Neto 2023 = Rp 96.000.000.000 x 30% = Rp 28.800.000.000Kemudian, kita hitung PPh terutang tahun 2023 (dengan asumsi tarif PPh Badan 25%):PPh Terutang 2023 = Rp 28.800.000.000 x 25% = Rp 7.200.000.000Angsuran PPh Pasal 25 per bulan:Angsuran Bulanan = PPh Terutang 2023 / 12 bulanAngsuran Bulanan = Rp 7.200.000.000 / 12 = Rp 600.000.000**Penjurnalan:**Setiap akhir bulan, jurnal yang dibuat adalah:**Beban PPh Pasal 25 Rp 600.000.000**** Kas/Bank Rp 600.000.000***(Untuk mencatat pembayaran angsuran PPh Pasal 25)***Catatan Penting:** Perhitungan ini menggunakan asumsi tarif PPh Badan 25%. Tarif sebenarnya dan peraturan perpajakan lainnya dapat berbeda dan perlu dikonsultasikan dengan konsultan pajak atau otoritas pajak yang berwenang untuk memastikan keakuratan perhitungan. Perhitungan ini juga mengabaikan kemungkinan adanya kredit pajak lainnya yang dapat mengurangi pajak terutang.