nutrist Kurang dan kebutuhan 28. Pasien Tn. J berusia 60 tahun dirawat di ruang saraf didiagnosa stroke non hemoragik. Hasil pengkajian ditemukar hemiplegia sinistra terdapat parese nervus IX dan X Pasien dibantu mobilisasi miring kiri dan kanan. Pasien prioritas yang akan dilakukan? mengatakan sudah 3 hari belum buang air besar. Apakah tindakan keperawatan a. Fisioterapi b Abdominal massage c. Berikan terapi nutrisi d. Berikan mobilisas lebih rutin e. Pengkajian fungsi saraf otonom 29.Perawat melakukan kunjungan rumah Hasil pengkajian seorang laki-laki berusia 57 tahun post stroke keluarga mengatakan pasien hanya bisa terbaring di tempat tidur dan sudah lama tidak keramas dan badan pasien bau. Keluarga pasien hanya menyeka dengan handuk basah Apakah tindakan yang tepat diberikan kepada keluarga? a. Ajarkan keluarga teknik ambulasi b. Ajarkan keluarga cara memandikan pasien c. Ajarkan keluarga massage punggung pasien d. Anjurkan keluarga untuk melakukan kontrol rutin e. Ajarkan keluarga untuk melakukan ROM pada pasien 30. Seorang pasien usia 65 tahun dirawat karena stroke Mengalami tetraparase, terdapat luka tekan dibagian bokong dengan diameter 6 cm Luka tampak merah di bagian pinggir, agak pucat di bagian tengah Manakah intervensi yang paling tepat untuk mencegah pemburukan luka tersebut? a. Tutup luka dengan perban b. Bersihkan, dan rawat luka setiap hari c. Berikan pengalas lembut dibagian bokong d. Program miring kiri kanan, terlentang tiap 2 jam e. Bersihkan perineal dengan cairan antiseptik setiap BAB 31.Menurut Price konsep dasar yang harus dipertimbangkan pada waktu menangani fraktur, yaitu, rekognisi,reduksi, retensi, dan rehabilitasi. Pengertian dari retensi adalah f. Derajat keparahan untuk menentukan diagnosa dan tindakan selanjutnya g. Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga kembali seperti semula h. Mengembalikan aktifitas fungsioná semaksimal mungkin d. i. Usaha untuk memanipulasi fragmen tulang yang patah e. j. Untuk mencegah jaringan lunak kehilangan elastisitasnya

(b) Abdominal massage****

** Pasien mengalami konstipasi (sembelit) selama 3 hari setelah stroke. Hemiplegia sinistra (kelumpuhan sebelah kiri) dan gangguan nervus IX dan X (glossopharyngeal dan vagus, yang berperan dalam fungsi pencernaan) dapat berkontribusi pada masalah ini. Abdominal massage merupakan tindakan keperawatan yang tepat untuk merangsang peristaltik usus dan membantu proses defekasi. Meskipun pilihan lain penting (fisioterapi, mobilisasi, nutrisi), konstipasi merupakan masalah prioritas yang perlu ditangani segera untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Pengkajian fungsi saraf otonom penting, tetapi abdominal massage merupakan intervensi langsung yang dapat dilakukan segera.**29. Jawaban: (b) Ajarkan keluarga cara memandikan pasien****Penjelasan:** Masalah utama adalah kebersihan pasien yang buruk, yang dapat menyebabkan infeksi kulit dan penurunan kualitas hidup. Mengajarkan keluarga cara memandikan pasien dengan aman dan efektif adalah intervensi yang paling tepat untuk mengatasi masalah ini. Pilihan lain penting untuk rehabilitasi pasien stroke, tetapi tidak secara langsung mengatasi masalah kebersihan yang mendesak.**30. Jawaban: (d) Program miring kiri kanan, terlentang tiap 2 jam****Penjelasan:** Pasien mengalami luka tekan stadium II (merah di pinggir, pucat di tengah). Intervensi yang paling tepat adalah pencegahan pemburukan dengan mengurangi tekanan pada area tersebut. Program miring kiri-kanan dan terlentang secara berkala adalah cara efektif untuk mengurangi tekanan pada bokong dan mempromosikan penyembuhan luka. Membersihkan dan merawat luka penting, tetapi mengurangi tekanan adalah intervensi utama untuk mencegah pemburukan. Penggunaan pengalas lembut membantu, tetapi tidak seefektif perubahan posisi secara berkala.**31. Jawaban: (g) Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga kembali seperti semula****Penjelasan:** Retensi dalam konteks penanganan fraktur mengacu pada tindakan untuk mempertahankan posisi tulang yang telah direduksi (diatur kembali ke posisi anatomis yang benar) agar tetap stabil selama proses penyembuhan. Ini biasanya dilakukan dengan menggunakan gips, bidai, atau fiksasi internal (misalnya, pen atau plat).