Pertanyaan : Bagaimana peran partai Politik dan militer dalam proses keluarnya dektrit presiden 5 juli 1559 ? Jawaban :

Dekrit Presiden 5 Juli 1959, yang lebih dikenal sebagai Dekrit Presiden tentang Pemberantasan Komunisme, merupakan momen penting dalam sejarah Indonesia. Dekrit ini dikeluarkan oleh Presiden Soekarno sebagai respons terhadap upaya pemberontakan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1948. **Peran Partai Politik:*** **PKI:** Dekrit ini dikeluarkan sebagai reaksi langsung terhadap upaya pemberontakan PKI di Madiun pada tahun 1948. PKI dianggap sebagai ancaman serius terhadap keamanan dan kestabilan negara. * **Partai-partai Nasionalis:** Partai-partai nasionalis, seperti Partai Nasional Indonesia (PNI) dan Partai Masyumi, mendukung Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Mereka melihat PKI sebagai ancaman terhadap persatuan dan integritas bangsa.* **Partai-partai Islam:** Partai-partai Islam, seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, juga mendukung Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Mereka melihat PKI sebagai ideologi yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam.**Peran Militer:*** **Tentara Nasional Indonesia (TNI):** TNI memainkan peran penting dalam menumpas pemberontakan PKI di Madiun. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 memberikan legitimasi hukum bagi TNI untuk bertindak tegas terhadap PKI.* **Polisi:** Kepolisian juga berperan penting dalam menjaga keamanan dan ketertiban selama masa pemberlakuan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.**Kesimpulan:**Dekrit Presiden 5 Juli 1959 merupakan hasil dari berbagai faktor, termasuk peran partai politik dan militer. PKI dianggap sebagai ancaman serius terhadap keamanan dan kestabilan negara, dan partai-partai nasionalis dan Islam mendukung tindakan tegas pemerintah terhadap PKI. TNI dan kepolisian memainkan peran penting dalam menumpas pemberontakan PKI dan menjaga keamanan negara. **Penting untuk dicatat bahwa Dekrit Presiden 5 Juli 1959 juga menimbulkan kontroversi dan kritik. Beberapa pihak menilai bahwa dekrit ini digunakan untuk membungkam oposisi dan melanggar hak asasi manusia.**