Cermati penggalan cerpen berikut ini! Tiba-tiba mataku berkaca-kaca menyaksikar fenoma luar sana yang memakan batin dan logika. Aku melihat ekspose di remang Jakarta, gedung dengan tiang-tiang yang tertancap di bawah bumi. Di sinilah, di kota metropolitan ini mereka yang sudah biasa hidup di kolong-kolong, makan seperti gembel. Watak tokoh Aku pada penggalan cerpen di atas adalah __ Penuh empati Berburuk sangka Penuh emosi Acuh tak acuh Selalu sangsi Yang lain:

Watak tokoh "Aku" pada penggalan cerpen tersebut adalah **penuh empati**. Penggalan cerpen menggambarkan reaksi tokoh "Aku" yang melihat kontras antara gedung-gedung megah di Jakarta dengan kehidupan kaum miskin yang hidup di kolong-kolong. Matanya berkaca-kaca menunjukkan rasa simpati dan keprihatinan terhadap nasib mereka. Ungkapan "memakan batin dan logika" menunjukkan bahwa pemandangan tersebut menimbulkan dampak emosional yang kuat dan membuatnya merenungkan ketidakadilan sosial. Ini semua merupakan indikasi dari rasa empati yang tinggi.