26. Kehidupan bertani di sawah mendorong me culnya semangat manusia pada masa prakaan culnva sen sosial manusia pada masa kesadaran Munculnya kesadaran tersebut disebabkan karena.... __ A.me membuka lahan di hutan membutuhkan keahlian dan keberanian B. kegiatan bertani di sawah memerlukan aturan bersama dalam masyarakat C. upaya membuka lahan pertanian memerlukan tenaga dalam jumlah banyak D. gotong royong diperlukan untuk mengan- tisipasi hama yang menyerang tanaman E. kegiatan pertanian mendorong manusia pada masa praaksara hidup secara menetap 27. Pada masa perundagian manusia memiliki ke- biasaan membangun punden berundak di daerah pegunungan . Fakta tersebut menunjukkan bahwa __ A. gunung menjadi tempat upacara pengor- banan manusia B. gunung dianggap sebagai tempat berse- mayamnya roh nenek moyang C masyarakat pada masa perundagian meng- anggap gunung memiliki kekuatan gaib D. punden berundak merupakan kompleks pemakaman sehingga harus diletakkan di tempat yang tinggi E. gunung merupakan tempat peristirahatan yang aman dari serangan hewan buas dan kelompok asing

**26. Kehidupan bertani di sawah mendorong munculnya semangat gotong royong dan kesadaran solidaritas sosial manusia pada masa praaksara. Munculnya kesadaran tersebut disebabkan karena:**C. upaya membuka lahan pertanian memerlukan tenaga dalam jumlah banyak**Penjelasan:** Kehidupan bertani, terutama di masa praaksara, sering kali membutuhkan kerja sama yang intensif antara anggota masyarakat. Proses membuka lahan baru, menanam, dan merawat tanaman biasanya memerlukan banyak tangan, sehingga mendorong munculnya semangat gotong royong dan kesadaran solidaritas sosial.**27. Pada masa perundagian manusia memiliki kebiasaan membangun punden berundak di daerah pegunungan. Fakta tersebut menunjukkan bahwa:**B. gunung dianggap sebagai tempat bersemayamnya roh nenek moyang**Penjelasan:** Pada masa perundagian, masyarakat sering kali membangun punden berundak sebagai tempat peribadatan atau memperingati leluhur. Gunung, dengan ketinggiannya, sering dianggap sebagai tempat yang dekat dengan roh nenek moyang atau dewa-dewa, sehingga menjadi lokasi yang tepat untuk membangun punden berundak.