3. Perusahaan WIDYA, saat ini dibelanjai dengan utang obligasi sebasar Rp50 juta, dengan bunga 10% per tahun, dan saham biasa sebanyak 100 .000 lembar @Rp2.000 . Perusahaan merencanakan perluasan dan diperkirakan membutuhkan tambahan dana sebanyak Rp150 juta . Alternatif pembelanjaan kebutuhan dana tersebut: I. Seluruhnya dibelanjai dengan saham biasa harga pasar saham Rp2 .000,00 per lembar. II. Seluruhnya dibelanjai menggunakan utang obligasi dengan bunga 20% per tahun. III. Sebagian (50% ) dibelanjai dengan saham dan sisanya dibelanjai dengan obligasi dengan harga dan bunga sama dengan alternatif I dan II Setelah dilakukan perluasan EBIT yang dicapai perusahaan diperkirakan sebesar Rp60 juta, dan tarif pajak pendapatan perusahaan sebesar 25%

## Analisis Pembiayaan Perluasan Perusahaan WIDYABerikut analisis pembiayaan perluasan Perusahaan WIDYA dengan tiga alternatif yang ditawarkan:**Data Awal:*** Utang Obligasi Saat Ini: Rp50 juta* Bunga Obligasi Saat Ini: 10% per tahun* Saham Biasa: 100.000 lembar* Harga Saham Saat Ini: Rp2.000 per lembar* Kebutuhan Dana Perluasan: Rp150 juta* EBIT setelah Perluasan: Rp60 juta* Tarif Pajak Pendapatan: 25%**Analisis Setiap Alternatif:****I. Seluruhnya dibelanjai dengan saham biasa:*** Jumlah saham baru yang diterbitkan: Rp150 juta / Rp2.000 per lembar = 75.000 lembar* Total saham setelah perluasan: 100.000 lembar + 75.000 lembar = 175.000 lembar**II. Seluruhnya dibelanjai menggunakan utang obligasi:*** Total utang obligasi setelah perluasan: Rp50 juta + Rp150 juta = Rp200 juta* Bunga obligasi tahunan: Rp200 juta x 20% = Rp40 juta**III. Sebagian (50%) dibelanjai dengan saham dan sisanya dibelanjai dengan obligasi:*** Dana yang dibiayai dengan saham: Rp150 juta x 50% = Rp75 juta* Jumlah saham baru yang diterbitkan: Rp75 juta / Rp2.000 per lembar = 37.500 lembar* Total saham setelah perluasan: 100.000 lembar + 37.500 lembar = 137.500 lembar* Dana yang dibiayai dengan obligasi: Rp150 juta x 50% = Rp75 juta* Total utang obligasi setelah perluasan: Rp50 juta + Rp75 juta = Rp125 juta* Bunga obligasi tahunan: Rp125 juta x 20% = Rp25 juta**Perhitungan Keuntungan Bersih (Net Income) untuk Setiap Alternatif:****Rumus:** Keuntungan Bersih = EBIT - Bunga - Pajak**I. Seluruhnya dibelanjai dengan saham biasa:*** Keuntungan Bersih = Rp60 juta - (Rp50 juta x 10%) - (Rp60 juta - (Rp50 juta x 10%)) x 25% = **Rp41,25 juta****II. Seluruhnya dibelanjai menggunakan utang obligasi:*** Keuntungan Bersih = Rp60 juta - (Rp200 juta x 20%) - (Rp60 juta - (Rp200 juta x 20%)) x 25% = **Rp10 juta****III. Sebagian (50%) dibelanjai dengan saham dan sisanya dibelanjai dengan obligasi:*** Keuntungan Bersih = Rp60 juta - (Rp125 juta x 20%) - (Rp60 juta - (Rp125 juta x 20%)) x 25% = **Rp26,25 juta****Kesimpulan:**Berdasarkan perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa:* **Alternatif I (Seluruhnya dibelanjai dengan saham biasa) menghasilkan keuntungan bersih tertinggi (Rp41,25 juta).*** **Alternatif II (Seluruhnya dibelanjai menggunakan utang obligasi) menghasilkan keuntungan bersih terendah (Rp10 juta).*** **Alternatif III (Sebagian dibelanjai dengan saham dan sisanya dibelanjai dengan obligasi) menghasilkan keuntungan bersih di tengah (Rp26,25 juta).****Rekomendasi:**Berdasarkan analisis di atas, **alternatif I (Seluruhnya dibelanjai dengan saham biasa) merupakan pilihan yang paling menguntungkan bagi Perusahaan WIDYA.** Hal ini karena alternatif ini menghasilkan keuntungan bersih tertinggi dan tidak menambah beban bunga yang signifikan.**Catatan:*** Analisis ini hanya mempertimbangkan faktor keuangan dan tidak mempertimbangkan faktor non-keuangan seperti risiko, likuiditas, dan struktur modal perusahaan.* Perusahaan WIDYA perlu mempertimbangkan faktor-faktor lain sebelum memutuskan alternatif pembiayaan yang paling tepat.**Saran:*** Perusahaan WIDYA sebaiknya melakukan analisis yang lebih mendalam dengan mempertimbangkan faktor-faktor non-keuangan sebelum memutuskan alternatif pembiayaan yang paling tepat.* Perusahaan WIDYA juga sebaiknya berkonsultasi dengan ahli keuangan untuk mendapatkan saran yang lebih komprehensif.