Cultur stelsel berarti system tanaman, tetapi istilah ini kemudian berkembang menjadi tanam paksa karena __ A Pemerintah colonial sengaja mengganti namanya B - . Adanya berbagai penolakan dari rakyat C terbebani dan tidak Rakyat merasa suka D dilakukan dengan Pelaksanaan system System ini terlalu lama

D

Cultur stelsel, atau sistem tanam paksa, adalah sebuah kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah kolonial Belanda di Indonesia pada abad ke-19. Awalnya, istilah Cultur stelsel merujuk pada sistem tanaman yang dijalankan dalam konteks kolonial, namun seiring waktu, kebijakan ini berkembang menjadi sistem tanam paksa. Perubahan istilah ini mencerminkan realitas yang dialami oleh rakyat yang diwajibkan menanam tanaman tertentu (seperti tebu, kopi, dan tembakau) untuk memenuhi kuota ekspor Belanda. Mereka diharuskan menyerahkan sebagian besar hasil panennya kepada pemerintah kolonial, seringkali dengan upah yang sangat rendah atau tanpa upah sama sekali.Pilihan jawaban yang tersedia mencerminkan berbagai perspektif terkait dengan perubahan nama dan implementasi dari Cultur stelsel menjadi tanam paksa. Pilihan A menyiratkan bahwa pemerintah kolonial sengaja mengganti namanya, namun tidak ada bukti historis yang mendukung hal ini. Pilihan B dan C menunjukkan reaksi negatif dan penolakan dari rakyat terhadap sistem ini, yang memang terjadi, tetapi bukan alasan utama mengapa istilah tersebut berubah. Pilihan D, yang menyatakan bahwa pelaksanaan sistem dilakukan dengan paksaan, adalah yang paling akurat. Sistem ini menjadi dikenal sebagai tanam paksa karena pemerintah kolonial secara paksa menerapkan kebijakan ini kepada rakyat, sering kali dengan konsekuensi berat bagi mereka yang tidak mematuhi.Dengan demikian, perubahan istilah dari Cultur stelsel menjadi tanam paksa lebih disebabkan oleh cara pelaksanaannya yang dipaksakan dan menindas, bukan karena perubahan nama secara sengaja oleh pemerintah kolonial atau karena penolakan rakyat semata.