Untuk meminimalkan risiko infeksi penularan virus hepatitis B melalui transfusi, dibawah ini rekomendasi WHO, kecuali Skrining harus dilakukan dengan menggunakan sangat sensitif dan spesifik yaitu HBSAg immunoassay (EIA/CUA) Skrining menggunakan HBsAgrapid test yang sangat sensitif dan spesifik atau pemenksaan partikel aglotinasi dapat dilakukan di laboratorium yang kecil, di daerah terpencil atau dalam situasi darurat. Skrining untuk anti-HBc tidak dianjurkan sebagai rutinitas. Negara harus menentukan kebutuhan untuk skrining anti-HBc berdasarkan prevalensi dan kejadian infeksi HBV Skrining DNA virus hepatitis B dengan menggunakan metode PCR Skrining untuk ALT tidak dianjurkan 0/2

Rekomendasi WHO untuk meminimalkan risiko infeksi penularan virus hepatitis B melalui transfusi adalah:1. **Skrining harus dilakukan dengan menggunakan sangat sensitif dan spesifik yaitu HBSAg immunoassay (EIA/CUA)**2. **Skrining menggunakan HBsAgrapid test yang sangat sensitif dan spesifik atau pemenksaan partikel aglotinasi dapat dilakukan di laboratorium yang kecil, di daerah terpencil atau dalam situasi darurat.**3. **Skrining untuk anti-HBc tidak dianjurkan sebagai rutinitas. Negara harus menentukan kebutuhan untuk skrining anti-HBc berdasarkan prevalensi dan kejadian infeksi HBV.**4. **Skrining DNA virus hepatitis B dengan menggunakan metode PCR****Yang TIDAK dianjurkan oleh WHO adalah:*** **Skrining untuk ALT tidak dianjurkan.****Alasan:**ALT (Alanine Transaminase) adalah enzim yang ditemukan di hati. Tingkat ALT yang tinggi dapat mengindikasikan kerusakan hati, tetapi tidak selalu menunjukkan infeksi hepatitis B. Skrining ALT tidak efektif untuk mendeteksi infeksi hepatitis B pada donor darah.**Kesimpulan:**Rekomendasi WHO untuk skrining hepatitis B pada donor darah difokuskan pada deteksi langsung virus hepatitis B (HBsAg) dan DNA virus hepatitis B. Skrining anti-HBc dan ALT tidak dianjurkan sebagai rutinitas karena kurang sensitif dan spesifik dalam mendeteksi infeksi hepatitis B.