Perbedaan STTB dan SHM: Apa yang Perlu Diketahui tentang Sertifikat Tanah?

Pemilikan tanah adalah aspek penting dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk individu maupun perusahaan. Dalam konteks Indonesia, ada dua jenis sertifikat tanah yang paling umum, yaitu Sertifikat Hak Milik (SHM) dan Surat Tanda Bukti Hak (STTB). Meskipun keduanya berfungsi sebagai bukti kepemilikan tanah, ada beberapa perbedaan penting antara keduanya yang perlu dipahami.

Perbedaan Utama antara STTB dan SHM

STTB adalah sertifikat yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah dan berfungsi sebagai bukti bahwa seseorang memiliki hak atas tanah. Namun, STTB bukan merupakan bukti kepemilikan yang sah menurut hukum. Sebaliknya, SHM adalah sertifikat yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan merupakan bukti sah kepemilikan tanah menurut hukum.

Kelebihan dan Kekurangan STTB dan SHM

STTB memiliki kelebihan dalam hal biaya dan proses penerbitan yang lebih mudah dan cepat dibandingkan dengan SHM. Namun, kekurangannya adalah bahwa STTB tidak diakui sebagai bukti kepemilikan yang sah oleh hukum dan tidak dapat digunakan sebagai jaminan untuk kredit perbankan.

Sebaliknya, SHM memiliki kelebihan sebagai bukti kepemilikan yang sah menurut hukum dan dapat digunakan sebagai jaminan untuk kredit perbankan. Namun, proses penerbitan SHM lebih rumit dan membutuhkan biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan STTB.

Proses Penerbitan STTB dan SHM

Proses penerbitan STTB relatif lebih mudah dan cepat. Pemohon hanya perlu mengajukan permohonan ke pemerintah daerah dan membayar biaya administrasi. Setelah itu, STTB akan dikeluarkan dalam waktu yang relatif singkat.

Sebaliknya, proses penerbitan SHM lebih rumit. Pemohon harus mengajukan permohonan ke BPN dan membayar biaya yang lebih tinggi. Selain itu, BPN juga akan melakukan pengecekan dan verifikasi terhadap tanah yang bersangkutan. Proses ini biasanya membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan proses penerbitan STTB.

Pilihan antara STTB dan SHM

Pilihan antara STTB dan SHM tergantung pada kebutuhan dan kondisi individu atau perusahaan. Jika tujuannya adalah untuk memiliki bukti kepemilikan tanah yang sah menurut hukum dan dapat digunakan sebagai jaminan untuk kredit perbankan, maka SHM adalah pilihan yang lebih baik. Namun, jika tujuannya adalah untuk memiliki bukti kepemilikan tanah dengan proses dan biaya yang lebih mudah dan murah, maka STTB bisa menjadi pilihan.

Dalam konteks kepemilikan tanah di Indonesia, memahami perbedaan antara STTB dan SHM sangat penting. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan pilihan antara keduanya harus didasarkan pada kebutuhan dan kondisi individu atau perusahaan. Dengan pemahaman yang tepat, individu atau perusahaan dapat membuat keputusan yang tepat terkait kepemilikan tanah.