Mimpi yang Terenggut oleh Ketidakpedulian **

Kisah Lee Yuna adalah cerminan pahit dari realitas yang dihadapi banyak anak muda. Mimpi dan aspirasi mereka seringkali terabaikan, bahkan diinjak-injak oleh orang-orang terdekat, terutama orang tua. Dalam kasus Lee Yuna, cita-citanya sebagai penyair dibungkam oleh ketidakpedulian orang tuanya yang lebih mementingkan ambisi pribadi mereka. Orang tua Lee Yuna, yang seharusnya menjadi sumber dukungan dan inspirasi, justru menjadi penghalang bagi impiannya. Mereka mencibir dan menghina cita-citanya, memaksakan kehendak mereka dengan mengabaikan keinginan dan bakat Lee Yuna. Ketidakpedulian mereka melahirkan rasa sakit dan kekecewaan yang mendalam di hati Lee Yuna. Tragisnya, Lee Yuna harus kehilangan nyawanya karena ketidakadilan yang dialaminya. Kematiannya menjadi bukti nyata betapa pentingnya menghargai mimpi dan aspirasi anak-anak. Orang tua memiliki tanggung jawab besar untuk mendukung dan membimbing anak-anak mereka dalam mengejar impian mereka, bukan menghancurkan semangat mereka dengan ketidakpedulian dan penolakan. Kisah Lee Yuna mengingatkan kita bahwa mimpi dan aspirasi adalah hal yang sangat pribadi dan berharga. Setiap individu memiliki hak untuk mengejar impian mereka, dan orang tua memiliki kewajiban untuk mendukung mereka dalam perjalanan tersebut. Ketidakpedulian dan penolakan hanya akan melahirkan rasa sakit dan kekecewaan, bahkan bisa berujung pada tragedi seperti yang dialami Lee Yuna. Wawasan:** Kisah Lee Yuna menjadi pengingat bagi kita semua, terutama orang tua, untuk lebih peka terhadap mimpi dan aspirasi anak-anak. Kita harus belajar untuk menghargai dan mendukung mereka dalam mengejar impian mereka, meskipun impian tersebut mungkin berbeda dengan apa yang kita harapkan. Ingatlah, mimpi adalah sumber kekuatan dan kebahagiaan, dan kita semua memiliki tanggung jawab untuk melindungi dan menjaganya.