Sejarah Pajak di Indonesia: Dari Masa Lampau hingga Saat Ini

Pajak telah menjadi bagian integral dari masyarakat manusia sejak zaman kuno. Di Roma kuno, Julius Caesar memperkenalkan centesima rerum venalium, yang merupakan jenis pajak penjualan dengan tarif 1% dari pendapatan penjualan. Di daerah lain di Italia, pajak yang dikenal sebagai decumae, yang merupakan pungutan sebesar 10% (seperti tithe) dari petani atau pemilik tanah. Setiap penduduk di Italia, termasuk penduduk Roma sendiri, dikenakan tributum yang tetap, yang sering disebut juga stipendium. Di Mesir, pembuatan piramida awalnya merupakan bentuk pengabdian dan sukarela dari rakyat Mesir, tetapi pada akhirnya menjadi paksaan, tidak hanya dalam bentuk uang, harta, tetapi juga dalam bentuk kerja paksa. Di Spanyol pada abad ke-14, alcabala, yang merupakan bentuk pajak penjualan, diperkenalkan. Di Indonesia, berbagai bentuk pungutan, termasuk pungutan alamiah (pajak dalam bentuk barang), kerja paksa, dan uang, telah dikenal selama berabad-abad. Setelah VOC didirikan pada tahun 1602, dan pemerintahan kolonial Belanda, beban pajak rakyat Indonesia semakin berat. Pada masa Raffles (1813), pajak bumi (pajak tanah) dan pajak atas rumah diperkenalkan. Salah satu beban pajak yang paling berat adalah pungutan selama masa stelsel, seperti yang dijelaskan oleh Tobias Soebekti. Sejarah pajak di Indonesia adalah cerita yang kompleks dan beragam, mencerminkan perubahan sosial, politik, dan ekonomi yang terjadi selama berabad-abad. Dari bentuk pengabdian awal hingga bentuk paksaan modern, pajak telah memainkan peran penting dalam membentuk masyarakat dan negara kita.