Istidraj: Ujian Allah yang Terselubung

Istidraj, dalam konteks Islam, merujuk pada suatu kondisi di mana Allah SWT memberikan kelonggaran kepada seseorang yang melakukan dosa atau maksiat, seolah-olah Dia membiarkannya terus berbuat salah. Ini bukan berarti Allah ridha dengan perbuatan tersebut, melainkan sebuah ujian dan peringatan. Allah memberikan kesempatan untuk bertaubat, namun jika kesempatan itu disia-siakan, maka hukumannya akan lebih berat di kemudian hari. Bayangkan seperti seseorang yang terus menerus mengabaikan lampu peringatan pada kendaraannya; awalnya mungkin tidak terjadi apa-apa, namun jika dibiarkan terus menerus, kerusakan yang terjadi akan semakin parah dan berakibat fatal. Istidraj bukanlah hadiah atau keberuntungan, melainkan sebuah cobaan yang terselubung. Keberhasilan duniawi yang diraih tanpa diiringi ketaatan kepada Allah justru bisa menjadi indikator istidraj. Kehidupan yang tampak nyaman dan makmur, kekayaan yang melimpah, atau karir yang cemerlang, jika tidak diimbangi dengan ketakwaan, bisa menjadi jebakan yang menjerumuskan seseorang semakin jauh dari Allah. Ini karena kesuksesan tersebut dapat membuat seseorang merasa aman dan terlena, sehingga melupakan kewajibannya kepada Sang Pencipta. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu merenungkan setiap nikmat yang Allah berikan. Sukses dan kegagalan merupakan bagian dari ujian hidup. Yang terpenting adalah bagaimana kita menyikapi setiap cobaan tersebut. Apakah kita semakin dekat kepada Allah atau justru semakin menjauh? Semoga kita semua dijauhkan dari istidraj dan senantiasa diberi kekuatan untuk selalu berada di jalan yang diridhai-Nya. Memahami konsep istidraj seharusnya mendorong kita untuk selalu berintrospeksi dan memperbaiki diri, agar kita tidak terjebak dalam ujian yang terselubung ini dan senantiasa bersyukur atas segala karunia-Nya. Semoga kita semua senantiasa diberikan hidayah dan kekuatan untuk selalu berada di jalan yang lurus.