Nilai Sopan Santun dalam Pepatah Minangkabau

Pepatah Minangkabau, "Mak Itam poi ka balai, Manjua karupuak lado; Malu jo sopan indak dipakai, Hanglah raso jo pareso. Anak urang Koto Hilalang, Nak lalu ka pakan Baso; Malu jo sopan kalau hilang, Habihlah raso jo pareso," mengajarkan pentingnya sopan santun dalam kehidupan sehari-hari. Pepatah ini menggambarkan bagaimana kehilangan rasa malu dan sopan santun akan berdampak buruk pada diri sendiri dan hubungan sosial. Bayangkan seorang Mak Itam yang pergi ke balai (gedung pertemuan) untuk menjual karupuak lado (kerupuk lado), namun ia bersikap tidak sopan. Kehilangan pelanggan dan penghasilan adalah konsekuensinya. Begitu pula anak dari Koto Hilalang yang hendak pergi ke Pakan Baso. Tanpa sopan santun, perjalanannya akan sulit dan tujuannya mungkin tidak tercapai. Pepatah ini relevan dengan kehidupan siswa. Sopan santun penting dalam berinteraksi dengan guru, teman, dan lingkungan sekitar. Siswa yang sopan santun akan lebih mudah diterima dan dihargai. Mereka akan membangun hubungan yang positif dan harmonis, memudahkan proses belajar dan pengembangan diri. Sebaliknya, siswa yang kurang sopan santun akan menghadapi kesulitan dalam beradaptasi dan berinteraksi, mengakibatkan isolasi sosial dan hambatan dalam mencapai prestasi akademik. Kesimpulannya, pepatah ini mengajarkan nilai-nilai luhur yang sangat penting bagi siswa. Sopan santun bukanlah sekadar aturan, melainkan kunci untuk membangun hubungan yang baik dan mencapai kesuksesan. Kehilangan sopan santun sama halnya dengan kehilangan rasa hormat dan kepercayaan diri, mengakibatkan kerugian yang besar dalam jangka panjang. Memahami dan mengamalkan nilai sopan santun akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam kehidupan. Semoga kita semua dapat selalu menjaga dan meningkatkan sopan santun dalam setiap tindakan dan perkataan.