Apakah Artinya Menjadi Anak Tuhan?

Sebutan "anak Tuhan" sering kali dikaitkan dengan orang Kristen, namun penting untuk dicatat bahwa tidak semua yang menyebut diri mereka Kristen adalah benar-benar anak-anak Tuhan. Sejarah penggunaan istilah Kristen sendiri bermula dari jemaat mula-mula di Antiokhia. Dalam Kisah Para Rasul 11:26, kita melihat bahwa murid-murid pertama kali disebut sebagai orang Kristen di sana. Istilah ini mengacu pada orang-orang yang secara aktif mengikuti ajaran dan teladan Kristus.

Dalam konteks Perjanjian Baru, istilah Kristen juga digunakan untuk merujuk kepada para pengikut Yesus Kristus (lihat Kisah Para Rasul 26:28, Roma 16:7, 1 Korintus 9:2). Mereka adalah individu yang telah mempercayai Yesus sebagai Juru Selamat pribadi mereka dan hidup sesuai dengan ajaran-Nya. Pada masa itu, menjadi seorang Kristen berarti siap menghadapi segala bentuk penganiayaan karena imannya.

Namun demikian, dalam realitas saat ini, kata "Kristen" terkadang digunakan secara luas tanpa mencerminkan kehidupan rohani yang sesungguhnya. Hanya karena seseorang menyebut diri mereka Kristen belum tentu berarti mereka benar-benar menjalani prinsip-prinsip iman tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, menjadi anak Tuhan bukanlah sekadar label atau identitas saja; lebih dari itu, hal tersebut menuntut komitmen dan transformasi hati serta perilaku agar dapat sungguh-sungguh hidup sebagai bagian dari keluarga Allah.

Dengan demikian, esensi dari menjadi anak Tuhan bukan hanya terletak pada gelar atau panggilan semata. Lebih daripada itu, menjadi anak Tuhan berarti hidup dalam kesetiaan kepada-Nya setiap hari dan bersaksi melalui tindakan-tindakan kasih dan belas kasihan kepada sesama manusia.