Dari Dewa ke Akal: Pergeseran Menuju Rasionalisme dalam Filsafat Yunani Kuno **

1. Teokrasi: Ketika Dewa Mengatur Segalanya Filsafat Yunani kuno, seperti peradaban lainnya, awalnya dipengaruhi oleh teokrasi. Kepercayaan pada dewa-dewa yang mengendalikan segala sesuatu, dari alam hingga nasib manusia, menjadi landasan pemikiran. Mitologi Yunani, dengan cerita-cerita tentang Zeus, Poseidon, dan Aphrodite, menggambarkan bagaimana dewa-dewa campur tangan dalam kehidupan manusia. 2. Rasionalisme: Akal dan Logika sebagai Panduan Perlahan, pemikiran Yunani kuno mulai bergeser ke arah rasionalisme. Akal dan logika menjadi alat utama untuk memahami dunia. Filsuf seperti Thales, Anaximander, dan Pythagoras mulai mencari penjelasan alamiah untuk fenomena alam, bukan lagi penjelasan mistis atau ilahi. 3. Pertanyaan Baru: Mencari Jawaban di Luar Dewa Munculnya rasionalisme melahirkan pertanyaan-pertanyaan baru yang menantang pemikiran teokratis. Dari mana datangnya kecerdasan manusia? Apakah alam raya diatur oleh hukum alam atau kehendak dewa-dewa? Apakah Tuhan benar-benar ada, dan bagaimana sifat-Nya? 4. Plato dan Realitas Politik: Ideal vs. Realitas Plato, salah satu filsuf paling berpengaruh, mengembangkan teori idealisme, yang menyatakan bahwa dunia nyata hanyalah bayangan dari dunia ideal yang sempurna. Namun, Plato menyadari bahwa idealismenya sulit diterapkan dalam realitas politik. Manusia, dengan sifatnya yang kompleks dan seringkali didorong oleh keinginan dan ambisi pribadi, tidak selalu bertindak secara rasional dan adil. Dalam "Republik", Plato menggambarkan masyarakat ideal yang diatur oleh filsuf-raja yang bijaksana, tetapi ia juga mengakui bahwa manusia tidak selalu bertindak sesuai dengan akal dan keadilan. Kesimpulan:** Pergeseran dari teokrasi ke rasionalisme merupakan momen penting dalam sejarah filsafat. Hal ini membuka jalan bagi pemikiran kritis dan rasional, yang melahirkan berbagai teori filsafat yang berpengaruh hingga saat ini. Plato, dengan kesadarannya akan kesulitan menerapkan idealismenya dalam realitas politik, menunjukkan bahwa pemikiran filsafat harus selalu berhadapan dengan realitas dunia.