Hadis sebagai Pelengkap Al-Qur'an dalam Menentukan Hukum Hewan Berbisa dan Bertaring ##

Al-Qur'an, sebagai kitab suci umat Islam, memang tidak secara eksplisit membahas hukum mengenai hewan berbisa atau bertaring. Namun, hal ini tidak berarti bahwa hukum tersebut tidak dapat ditemukan dalam Islam. Justru, hadis, sebagai sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur'an, berperan penting dalam melengkapi dan menjelaskan hukum-hukum yang tidak secara detail tercantum dalam Al-Qur'an. Dalam konteks hewan berbisa dan bertaring, hadis memberikan panduan yang jelas dan praktis. Misalnya, hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim menyebutkan bahwa Rasulullah SAW melarang membunuh hewan berbisa seperti ular dan kalajengking kecuali jika hewan tersebut mengancam keselamatan manusia. Hadis ini menunjukkan bahwa Islam tidak melarang keberadaan hewan berbisa, tetapi menekankan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem dan keselamatan manusia. Selain itu, hadis juga memberikan panduan mengenai cara menangani hewan berbisa. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari menyebutkan bahwa Rasulullah SAW mengajarkan cara membunuh ular dengan menggunakan tongkat atau batu, bukan dengan tangan kosong. Hal ini menunjukkan bahwa Islam mendorong umat Muslim untuk menggunakan cara yang aman dan efektif dalam menghadapi hewan berbisa. Dengan demikian, hadis berperan sebagai pelengkap Al-Qur'an dalam menentukan hukum mengenai hewan berbisa dan bertaring. Hadis memberikan panduan yang jelas dan praktis, serta menekankan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem dan keselamatan manusia. Wawasan: Memahami peran hadis sebagai pelengkap Al-Qur'an dalam menentukan hukum-hukum tertentu, seperti dalam kasus hewan berbisa dan bertaring, menunjukkan betapa pentingnya kedua sumber hukum Islam ini dalam membangun kehidupan yang harmonis dan berakhlak mulia.