Perjalanan Seorang Tukang Cuci Baju pada Saat dan Sebelum 10 November 1945** **

** Pada suatu hari di bulan Oktober 1945, saya, seorang tukang cuci baju, berdiri di depan rumah kecil kami yang sederhana. Dunia sekitar tampak begitu damai dan sunyi, seolah-olah menunggu sesuatu yang besar akan terjadi. Saya merasa gugup namun juga bersemangat, karena hari yang akan datang adalah hari yang sangat penting bagi bangsa kita. Sejak pagi hari, saya sudah bersiap-siap sebaik mungkin. Saya mengumpulkan semua pakaian yang bisa dicuci dan memastikan mesin cuci siap digunakan. Meski pekerjaan ini biasa saja, namun dalam hati saya, ada rasa tanggung jawab yang lebih besar. Banyak keluarga di sekitar yang mempercayakan pakaian mereka kepada saya, dan saya tidak ingin kekecewaan mereka. Seiring berjalannya waktu, suara mesin cuci mulai berbunyi. Setiap putaran mesin terdengar seperti detak jantung yang memompa semangat ke dalam tubuh saya. Saya melihat pakaian-pakaian yang kotor berubah menjadi bersih, dan itu membuat saya merasa lebih dekat dengan masyarakat yang saya layani. Namun, di tengah kesibukan, saya tidak bisa lepas dari berita yang menggelitik telinga saya. Berita tentang proklamasi kemerdekaan yang akan dibacakan pada tanggal 17 Agustus 1945. Saya merindukan momen itu, merindukan kebebasan yang seharusnya sudah diraih oleh bangsa kita. Pada malam harinya, setelah sehari penuh bekerja, saya duduk di teras rumah sambil menyeruput kopi hangat. Saya memik tentang perjuangan para pahlawan yang telah berjuang demi kemerdekaan ini. Saya merasa bahwa apa yang saya lakukan, meski kecil, adalah bagian dari perjuangan tersebut. Ketika tanggal 10 November 1945 tiba, saya mengheningkan cipta. Hari ini adalah hari ketika kita memperingati Hari Pahlawan, mengenang jasa-jasa para pahlawan yang telah gugur di medan perang. Saya merasa bangga menjadi bagian dari generasi penerus yang harus melanjutkan perjuangan mereka. Dalam hati saya, terdapat tekad yang kuat untuk terus berjuang dan bekerja keras. Saya yakin bahwa dengan kerja keras dan semangat juang, kita bisa mencapai cita-cita yang lebih besar. Perjalanan ini mungkin tidak selalu mudah, namun dengan dukungan dan kebersamaan, kita bisa menghadapi segala tantangan. Demikianlah perjalanan seorang tukang cuci baju pada saat dan sebelum 10 November 1945. Meski sederhana, namun penuh makna dan pengorbanan. Semoga kisah ini dapat menginspirasi dan memotivasi kita semua untuk terus berjuang dan bekerja keras demi kemajuan bangsa.