Senyum di Balik Luka **

** Matahari sore menyinari wajah keriput Pak Karta, mengukir garis-garis cerita panjang yang terukir di sana. Ia duduk di teras rumahnya, mengamati anak-anak bermain di lapangan kecil di depan. Senyum tipis terukir di bibirnya, meski matanya berkaca-kaca. Dulu, Pak Karta adalah seorang nelayan tangguh. Ia menjelajahi lautan luas, mencari ikan untuk menghidupi keluarganya. Namun, badai besar menghancurkan perahunya, menenggelamkan impiannya. Ia kehilangan segalanya, termasuk kakinya yang terjepit puing-puing kapal. Hidupnya berubah drastis. Ia tak lagi bisa melaut, tak lagi bisa mencari nafkah seperti dulu. Rasa putus asa menyelimuti hatinya. Namun, di tengah keputusasaan itu, ia menemukan kekuatan baru. Ia belajar membuat kerajinan tangan dari bambu, memanfaatkan keahliannya yang terpendam. Setiap hari, Pak Karta menenun bambu menjadi keranjang, kipas, dan berbagai kerajinan lainnya. Ia menjualnya di pasar, meski tak seberapa penghasilannya. Namun, ia merasa bahagia. Ia menemukan makna baru dalam hidup, menemukan cara untuk tetap berguna bagi orang lain. Senyum Pak Karta kembali merekah saat melihat anak-anak bermain. Ia teringat masa kecilnya, saat ia juga bermain di lapangan itu. Ia teringat betapa indahnya hidup, meski dipenuhi rintangan. "Hidup itu seperti ombak," gumamnya pelan. "Kadang tenang, kadang bergelombang. Tapi, di balik setiap gelombang, selalu ada keindahan yang tersembunyi." Pak Karta bangkit dari duduknya, berjalan tertatih menuju anak-anak. Ia tersenyum hangat, menawarkan keranjang bambu buatannya kepada mereka. Anak-anak menerimanya dengan gembira, matanya berbinar-binar. Di balik luka dan kehilangan, Pak Karta menemukan kebahagiaan baru. Ia menemukan makna hidup yang lebih dalam, menemukan cara untuk tetap tersenyum, meski di tengah kesulitan.