Bhineka Tunggal Ika: Semboyan Persatuan dan Toleransi di Indonesi

Sejarah Bhineka Tunggal Ika dimulai pada abad ke-14 Masehi di pulau Jawa, Indonesia. Semboyan ini pertama kali ditemukan dalam prasasti Tugu yang berasal dari masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk dari Kerajaan Majapahit pada tahun 1356 Masehi. Prasasti Tugu ditemukan di desa Ciaruteun Ilir, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Prasasti Tugu mengandung pesan tentang persatuan dan kerukunan di tengah perbedaan dalam beragama. Kutipan dari kitab Sutasoma, karya sastra dari pengarang Jawa Kuno, Mpu Tantular, yang terdapat dalam prasasti ini berbunyi "Wan wengi, windu sinunggal, winuwus bhinneka tunggal ika" yang berarti "Walaupun berbeda-beda, dalam perbedaan itu tetap ada kesatuan". Pada saat itu, pesan Bhineka Tunggal Ika dalam prasasti Tugu menegaskan pentingnya toleransi dan persatuan di antara berbagai kepercayaan dan keyakinan yang ada di Nusantara. Semboyan ini menggarisbawahi nilai-nilai pluralisme dan harmoni dalam kehidupan beragama. Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Bhineka Tunggal Ika diadopsi sebagai semboyan nasional. Pada 18 Agustus 1950, semboyan ini secara resmi dijadikan semboyan negara dan dituangkan dalam pasal 36A Undang-Undang Dasar 1945. Bhineka Tunggal Ika menjadi simbol penting bagi Indonesia sebagai negara yang memiliki keragaman budaya, agama, dan suku bangsa. Semboyan ini mengajarkan kita untuk menghargai perbedaan dan membangun persatuan dalam keberagaman. Bhineka Tunggal Ika mengingatkan kita bahwa meskipun kita berbeda-beda, kita tetap satu dalam persatuan dan kesatuan. Dalam era globalisasi ini, semboyan Bhineka Tunggal Ika menjadi semakin relevan. Toleransi dan persatuan menjadi kunci untuk menjaga keharmonisan dalam masyarakat yang multikultural. Bhineka Tunggal Ika mengajarkan kita untuk saling menghormati dan bekerja sama, tanpa memandang perbedaan agama, suku, atau budaya. Sebagai warga negara Indonesia, kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga semangat Bhineka Tunggal Ika. Dengan menghargai perbedaan dan membangun persatuan, kita dapat menciptakan masyarakat yang harmonis dan damai. Bhineka Tunggal Ika bukan hanya semboyan, tetapi juga prinsip hidup yang harus kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam menghadapi tantangan masa depan, Bhineka Tunggal Ika akan terus menjadi landasan bagi Indonesia sebagai negara yang beragam. Semboyan ini mengingatkan kita bahwa keberagaman adalah kekayaan dan kekuatan kita. Dengan memegang teguh semboyan Bhineka Tunggal Ika, kita dapat membangun masa depan yang lebih baik untuk Indonesia yang adil, sejahtera, dan berkeadilan. Mari kita jaga semangat Bhineka Tunggal Ika dan terus memperkuat persatuan dan toleransi di Indonesia, sebagai warisan berharga dari nenek moyang kita. Bhineka Tunggal Ika, Indonesia!