Bisikan Beracun **

Di lorong sekolah yang ramai, di antara tawa dan bisikan, tersembunyi sebuah luka yang tak terlihat. Luka yang diukir oleh kata-kata tajam, bisikan beracun yang meracuni hati dan jiwa. Perundungan verbal, seperti hantu tak kasat mata, menghantui setiap sudut sekolah, meninggalkan bekas luka yang tak kunjung sembuh. Rina, gadis berambut panjang dan berkacamata, adalah korbannya. Setiap hari, ia harus menghadapi cibiran dan ejekan yang tak henti-hentinya. "Kacamata tebel," "Cupu," "Jelek," kata-kata itu seperti jarum-jarum kecil yang menusuk hatinya. Ia merasa kecil, tak berdaya, dan terisolasi. Perundungan verbal, meskipun tak meninggalkan bekas fisik, meninggalkan luka yang jauh lebih dalam. Luka yang meruntuhkan kepercayaan diri, menghancurkan semangat, dan menggerogoti jiwa. Rina mulai menarik diri, menghindari interaksi dengan teman-temannya. Ia merasa tak pantas, tak layak untuk dicintai. Namun, di tengah kegelapan, ada secercah cahaya. Seorang guru, Pak Budi, menyadari perubahan sikap Rina. Dengan penuh perhatian, ia mendekati Rina, mendengarkan cerita pilunya. Pak Budi mengingatkan Rina bahwa kata-kata orang lain tak menentukan siapa dirinya. Ia mendorong Rina untuk bangkit, untuk melawan bisikan beracun yang meracuni jiwanya. Rina mulai menyadari bahwa ia tak sendirian. Ada orang-orang yang peduli, yang siap mendukungnya. Ia mulai belajar mencintai dirinya sendiri, menerima kekurangannya, dan melawan bisikan beracun yang ingin menghancurkannya. Perundungan verbal adalah kejahatan yang tak terlihat, namun dampaknya sangat nyata. Kita semua memiliki peran untuk menghentikannya. Dengan bersikap empati, berani melawan ketidakadilan, dan mendukung korban, kita dapat menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan penuh kasih sayang. Wawasan:** Perundungan verbal adalah masalah serius yang harus ditangani dengan serius. Kita semua memiliki tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang aman dan inklusif bagi semua orang. Ingatlah bahwa kata-kata memiliki kekuatan, dan kita harus menggunakannya untuk membangun, bukan menghancurkan.