Pelangi di Mata Ibu **

** Senja menyapa dengan lembut, langit berhias warna jingga dan ungu. Di meja makan, aroma masakan hangat tercium semerbak. Namun, suasana di rumah terasa berbeda. Biasanya, makan malam adalah waktu berbagi cerita dan tawa, tapi kali ini, keheningan menyelimuti mereka. "Ibu, aku punya sesuatu yang ingin kukatakan," suara Sarah, anak perempuannya, terdengar pelan. Ibu Sarah, yang tengah menuangkan teh hangat, terdiam. Ia menatap Sarah dengan tatapan penuh tanya. "Aku... aku lesbian, Bu," lanjut Sarah, suaranya sedikit bergetar. Sejenak, dunia seakan berhenti berputar. Ibu Sarah tertegun. Ia tak menyangka akan mendengar pengakuan ini dari putrinya. Berbagai pikiran berputar di kepalanya. Kecemasan, ketakutan, dan pertanyaan bercampur aduk. "Apa maksudnya, Sarah?" tanya Ibu Sarah, suaranya terdengar sedikit gemetar. Sarah menarik napas dalam-dalam. "Aku mencintai perempuan, Bu. Aku jatuh cinta pada teman sekelasku, namanya Lisa." Ibu Sarah terdiam lagi. Ia mencoba memahami apa yang baru saja didengarnya. Ia tak ingin menghakimi, tak ingin membuat Sarah merasa tidak diterima. Ia hanya ingin memastikan bahwa Sarah tetap bahagia. "Sarah, Ibu mencintaimu apa pun dirimu. Ibu selalu mendukungmu," ucap Ibu Sarah, suaranya lembut. Sarah tersenyum, air mata mengalir di pipinya. Ia merasa lega, beban di hatinya sedikit berkurang. "Terima kasih, Bu," ucap Sarah, memeluk ibunya erat. Malam itu, mereka makan malam dalam keheningan, namun keheningan yang berbeda. Keheningan yang dipenuhi dengan cinta, penerimaan, dan harapan. Pelangi di mata Ibu Sarah mulai terlukis, sebuah pelangi yang penuh warna dan harapan untuk masa depan Sarah.