Konflik dalam Masyarakat: Tinjauan Teori Soerjono Soekanto

Masyarakat, sebuah entitas yang kompleks dan dinamis, tak luput dari potensi konflik. Keberagaman individu dengan latar belakang, kepentingan, dan nilai yang berbeda-beda menjadi pemicu utama munculnya gesekan dalam interaksi sosial. Soerjono Soekanto, sosiolog terkemuka Indonesia, menawarkan kerangka teoritis yang komprehensif untuk memahami konflik dalam masyarakat.

Akar Konflik: Perbedaan dan Ketimpangan

Soerjono Soekanto mengidentifikasi perbedaan dan ketimpangan sebagai akar utama konflik dalam masyarakat. Perbedaan suku, agama, ras, dan kelas sosial dapat memicu prasangka, stereotip, dan diskriminasi. Ketimpangan dalam distribusi sumber daya ekonomi, politik, dan sosial semakin memperuncing potensi konflik. Kelompok yang merasa terpinggirkan atau dirugikan cenderung menunjukkan resistensi, bahkan perlawanan, terhadap kelompok dominan.

Faktor Pendorong: Ketegangan dan Provokasi

Keberadaan perbedaan dan ketimpangan saja tidak selalu berujung pada konflik terbuka. Soekanto menekankan pentingnya faktor pendorong, seperti ketegangan sosial dan provokasi. Ketegangan muncul ketika perbedaan dan ketimpangan diiringi oleh sentimen negatif, seperti kecurigaan, kebencian, dan rasa permusuhan. Provokasi dari pihak-pihak tertentu, baik disengaja maupun tidak, dapat memicu eskalasi konflik dari laten menjadi manifest.

Dinamika Konflik: Akomodasi hingga Konfrontasi

Soekanto menggambarkan konflik sebagai sebuah proses dinamis dengan beragam bentuk manifestasi. Konflik dapat berlangsung secara tersembunyi dalam bentuk persaingan atau ketegangan laten. Namun, konflik juga dapat meletus menjadi konfrontasi terbuka, seperti demonstrasi, kerusuhan, bahkan perang. Soekanto juga menyoroti pentingnya mekanisme akomodasi, seperti negosiasi, mediasi, dan rekonsiliasi, untuk meredakan dan mengelola konflik.

Dampak Konflik: Disintegrasi dan Perubahan Sosial

Konflik memiliki dampak yang kompleks dan multidimensional. Di satu sisi, konflik dapat menyebabkan disintegrasi sosial, merusak kohesi, dan harmoni dalam masyarakat. Konflik yang berkepanjangan dapat melumpuhkan sendi-sendi kehidupan sosial, ekonomi, dan politik. Namun, Soekanto juga berpendapat bahwa konflik dapat menjadi katalis perubahan sosial. Konflik dapat mendorong perubahan struktur sosial, kebijakan pemerintah, dan kesadaran masyarakat menuju tatanan yang lebih adil dan setara.

Teori konflik Soerjono Soekanto memberikan kerangka yang komprehensif untuk memahami kompleksitas konflik dalam masyarakat. Perbedaan dan ketimpangan, diperparah oleh ketegangan dan provokasi, dapat memicu konflik dengan beragam bentuk dan dampak. Memahami akar konflik, faktor pendorong, dan dinamikanya menjadi krusial dalam upaya mencegah, mengelola, dan mentransformasi konflik menjadi kekuatan positif bagi perubahan sosial.