Konflik Kekuasaan dan Keadilan dalam Kisah Kurawa: Sebuah Studi Kasus

Kekuasaan, layaknya pedang bermata dua, mampu menjadi alat membangun peradaban sekaligus menggores luka bagi yang lemah. Dalam wiracarita Mahabharata, kisah Kurawa menjadi potret buram perebutan kekuasaan yang mengorbankan nilai-nilai keadilan. Ambisi membuncah dan rasa haus tak terpuaskan akan tahta Hastinapura membawa mereka pada jurang kehancuran.

Akar Ketamakan yang Meracuni Keadilan

Benih-benih konflik kekuasaan dan keadilan dalam kisah Kurawa berawal dari ambisi Duryudana, sang sulung, untuk merebut tahta Hastinapura. Dendam membara akibat kecacatan fisik dan hasutan licik Sengkuni semakin mengobarkan api permusuhan dengan Pandawa, saudara sepupu yang dianggap sebagai penghalang utama. Keadilan menjadi barang langka, terinjak-injak oleh keserakahan dan tipu muslihat.

Permainan Licik: Merampas Hak dengan Dalih Kepatuhan

Permainan dadu menjadi panggung sandiwara kelicikan Kurawa dalam merampas hak Pandawa. Dengan dalih kepatuhan pada aturan permainan, Yudhistira diperdaya hingga kehilangan kerajaan dan dipaksa menjalani pengasingan. Keadilan hanya menjadi topeng untuk menutupi ambisi busuk, mengukuhkan bahwa kekuasaan di tangan yang salah adalah racun bagi ketertiban dunia.

Keputusasaan yang Membutakan Mata Hati

Ketidakadilan yang dialami Pandawa selama pengasingan semakin membenarkan keyakinan bahwa kekuasaan telah membutakan mata hati Kurawa. Duryudana, dibutakan oleh ambisi, menolak setiap upaya perdamaian. Keadilan dan kebenaran diabaikan, digantikan oleh nafsu untuk mempertahankan kekuasaan dengan cara apapun, bahkan menghalalkan segala cara.

Perang Bharatayudha: Puncak Tragedi Kemanusiaan

Puncak konflik kekuasaan dan keadilan dalam kisah Kurawa bermuara pada perang Bharatayudha. Pertarungan berdarah selama 18 hari itu menjadi simbol nyata bagaimana perebutan kekuasaan dapat menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan. Keadilan seolah lenyap ditelan bumi, menyisakan duka nestapa dan kehancuran di kedua belah pihak.

Kisah Kurawa menjadi cermin bagi setiap insan untuk senantiasa waspada terhadap godaan kekuasaan. Ambisi yang tidak terkendali hanya akan melahirkan keserakahan dan mengubur nilai-nilai keadilan. Pelajaran berharga dari epos Mahabharata ini mengingatkan kita bahwa jalan menuju kehancuran seringkali diawali dengan mengorbankan nurani demi kekuasaan semata.