Perumusan Naskah Proklamasi Kemerdekaan

Pada malam itu, Hatta meminta Subarjo untuk menghabangi anggota PPKI yang telah berkumpul di Jakarta untuk datang ke rumah Maeda. Tujuan mereka adalah untuk melakukan persiapan proklamasi kemerdekaan. Setelah tiba di rumah Maeda, Sukarno dan Hatta berusaha menemui Mayor Jenderal Nishimara untuk menyampaikan rencana proklamasi. Namun, Nishimura tidak dapat memberikan jawaban yang memuaskan. Meskipun demikian, Nishimura terkesan membiarkan para pemimpin Indonesia melanjutkan rencana proklamasi kemerdekaan tanpa dukungan resmi dari pihak Jepang. Pada saat itu, di kediaman Maeda telah berkumpul anggota PPKI, para pemuda, dan anggota Chuo Sangi-in (Dewan Pertimbangan Pusat). Hanya ada lima orang yang terlibat, yaitu Sukarno, Hatta, Ahmad Subarjo, Sukarni, dan Sayati Melik. Sukarno membacakan hasil perumusan naskah proklamasi kepada semua yang hadir. Meskipun sebagian besar hadirin setuju dengan rumusan tersebut, ada golongan yang masih merasa teks tersebut kurang tegas. Sukarni mengusulkan agar kalimat kedua diganti dengan "Semua aparat pemerintahan yang ada harus direbut oleh rakyat dari orang-orang asing yang masih mendudukinya". Namun, setelah melakukan musyawarah dan mempertimbangkan berbagai hal, usulan pemuda tersebut tidak digunakan. Hatta kemudian menyarankan agar semua yang hadir menandatangani naskah proklamasi tersebut. Namun, atas usulan dari golongan pemuda, naskah itu ditandatangani oleh Sukarno dan Hatta sebagai wakil dari bangsa Indonesia. Dengan demikian, proklamasi kemerdekaan Indonesia tetap dilakukan, terlepas dari ada atau tidak adanya dukungan resmi dari pihak Jepang. Proses perumusan naskah proklamasi ini merupakan langkah awal yang penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.