Melodi Penerimaan **

** Senja menyapa langit dengan warna jingga lembut, menerangi kamar Ria dan Naysila. Di tengah suasana hening, dua gadis itu berbisik, hati mereka dipenuhi keraguan dan harapan. Ria, yang akrab disapa Lia, menatap Naysila, atau Sila, dengan mata berkaca-kaca. "Kita harus menerima Veranda, Sila," ucapnya lirih. Sila mengangguk, matanya berkilauan. "Iya, Lia. Dia akan menjadi ibu kita." Malam itu, saat keluarga berkumpul di meja makan, Lia dan Sila turun dengan langkah tegap. Mereka menyapa semua anggota keluarga, termasuk Veranda, dengan senyum hangat. "Selamat malam, Ibu," ucap Lia, suaranya sedikit gemetar. Argantara, ayah mereka, tercengang. Begitu pula keenam kakak perempuan mereka, Shani, Gracia, Feni, Jinan, Cindy, dan Celine. Mereka tak menyangka Lia dan Sila akan menerima Veranda begitu cepat. "Panggil kami Lia dan Sila, Ibu," pinta Sila, matanya menatap Veranda penuh harap. Veranda tersenyum, hatinya tersentuh. "Baiklah, Lia dan Sila." Setelah makan malam, Lia dan Sila menuju ruang musik mereka. Lia mulai menyanyikan lagu kesukaannya, suaranya merdu mengalun, diiringi petikan gitar Sila yang lembut. Melodi itu mengalir ke seluruh rumah, membawa ketenangan dan kehangatan. Keluarga mereka, yang mendengar suara merdu itu, berbondong-bondong menuju ruang musik. Argantara, Veranda, dan keenam kakak perempuan mereka terdiam, terhanyut dalam alunan musik yang penuh makna. Saat Lia dan Sila selesai, tepuk tangan meriah menggema di ruangan. Di tengah kebahagiaan itu, Lia dan Sila merasakan sebuah ikatan baru terjalin. Mereka telah menerima Veranda sebagai ibu mereka, dan melodi penerimaan itu akan terus bergema di hati mereka, selamanya.