**Poligami dan Perlindungan Anak: Menelisik Validitas Perkawinan Valdhy dan Putri** **

Perkawinan poligami di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Undang-undang ini mengatur bahwa seorang pria dapat menikahi lebih dari satu wanita dengan syarat-syarat tertentu, salah satunya adalah persetujuan dari istri pertama. Dalam kasus Valdhy, perkawinannya dengan putri yang berusia 15 tahun dapat dibatalkan karena beberapa alasan: * Usia Putri: Putri masih berusia 15 tahun, yang berarti ia belum mencapai usia minimal untuk menikah menurut UU Perkawinan. Usia minimal untuk menikah bagi perempuan di Indonesia adalah 16 tahun. * Persetujuan Istri Pertama: Valdhy menikahi putri tanpa persetujuan dari istri pertamanya, Dian Sastro. Hal ini melanggar ketentuan UU Perkawinan yang mewajibkan persetujuan istri pertama untuk poligami. * Perlindungan Anak: Perkawinan anak merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan dapat berdampak buruk bagi anak, baik secara fisik, mental, maupun sosial. Kesimpulan: Perkawinan antara Valdhy dan putri dapat dibatalkan karena melanggar ketentuan UU Perkawinan dan hak-hak anak. Pembatalan perkawinan dapat dilakukan melalui proses peradilan. Penting untuk diingat: Perkawinan anak merupakan masalah serius yang harus ditangani dengan serius. Pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama untuk mencegah dan melindungi anak dari perkawinan anak. Catatan:** Artikel ini hanya membahas aspek hukum dari kasus ini. Untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap, konsultasikan dengan ahli hukum.