Santuni Anak Yatim Jelang Pilkada: Tindakan Kepedulian atau Strategi Politik? **

Tahun politik selalu diwarnai dengan berbagai strategi untuk menarik simpati dan dukungan masyarakat. Di Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumatera Utara, menjelang Pilkada Gubernur/Wakil Gubernur dan Bupati/Wakil Bupati, kegiatan santunan anak yatim menjadi salah satu yang menarik perhatian. Syamsuddin Nasution, Ketua FKI-1 Madina, menyoroti fenomena ini dengan nada kritis. Ia mempertanyakan efektivitas kegiatan santunan anak yatim yang seolah-olah hanya muncul menjelang pesta demokrasi. "Tidak ada salahnya melakukan penyantunan anak yatim dimana, kapan saja. Itu wujud kepedulian sesama ummat. Hal yang lebih penting adalah sudahkah disekitaran kita sudah juga dapat tersantuni," ujarnya. Syamsuddin juga menyayangkan sikap calon pemimpin yang baru terlihat aktif menyapa masyarakat menjelang Pilkada. "Dikala menjabat kemana saja? Sudah lumrah hal-hal seperti ini dilakukan, yang elegan sedikitlah dilakukan," lanjutnya. Ia mengingatkan masyarakat untuk jeli memilih pemimpin yang benar-benar peduli dan berkomitmen untuk membangun Madina. "Ini momen mencari pemimpin bukan mencari orang kaya yang suka ria. Banyak yang sangat urgent dibantu, banyak masyarakat yang butuh uluran tangan," tegasnya. Refleksi:** Pernyataan Syamsuddin Nasution menggugah kita untuk merenungkan makna di balik kegiatan santunan anak yatim menjelang Pilkada. Apakah ini murni bentuk kepedulian atau hanya strategi politik untuk meraih simpati? Sebagai masyarakat, kita memiliki tanggung jawab untuk memilih pemimpin yang benar-benar peduli terhadap kesejahteraan rakyat, bukan hanya yang pandai berpenampilan dan pandai memanfaatkan momen politik. Semoga Pilkada di Madina dapat melahirkan pemimpin yang amanah dan membawa kemajuan bagi daerah.