Evolusi Korupsi di Indonesia: Dari Kerajaan hingga Era Demokrasi **

Korupsi, penyakit kronis yang menggerogoti sendi-sendi kehidupan berbangsa, telah menjadi permasalahan serius di Indonesia sejak lama. Perbedaan zaman dan sistem pemerintahan melahirkan bentuk dan karakteristik korupsi yang unik di setiap periode. Berikut adalah gambaran singkat tentang evolusi korupsi di Indonesia: 1. Masa Pemerintahan Kerajaan: Pada masa kerajaan, korupsi lebih dikenal sebagai "pungutan liar" atau "suap" yang dilakukan oleh para pejabat kerajaan. Bentuk korupsi ini umumnya dilakukan untuk memperkaya diri sendiri atau untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Contohnya, pungutan liar yang dilakukan oleh para punggawa kerajaan terhadap rakyat jelata. 2. Masa Kolonial Belanda: Di masa kolonial, korupsi berkembang menjadi "kolusi" dan "nepotisme". Pemerintah kolonial Belanda memanfaatkan kekuasaan untuk memperkaya diri sendiri dan menguntungkan para kroni mereka. Contohnya, pemberian konsesi tanah kepada para pengusaha Belanda dengan harga yang sangat murah. 3. Masa Orde Lama: Masa Orde Lama ditandai dengan "korupsi sistemik" yang melibatkan para pejabat tinggi negara. Korupsi dilakukan secara terstruktur dan sistematis, dengan memanfaatkan kekuasaan untuk memperkaya diri sendiri dan kelompoknya. Contohnya, kasus korupsi yang melibatkan para menteri dan pejabat tinggi di era Soekarno. 4. Masa Orde Baru: Masa Orde Baru dikenal dengan "korupsi besar-besaran" yang melibatkan para pejabat tinggi negara dan pengusaha. Korupsi dilakukan secara sistematis dan terstruktur, dengan memanfaatkan kekuasaan untuk memperkaya diri sendiri dan kelompoknya. Contohnya, kasus korupsi yang melibatkan para menteri dan pejabat tinggi di era Soeharto, seperti kasus "Pertamina" dan "Bulog". 5. Masa Reformasi: Masa Reformasi membawa angin segar dengan munculnya "transparansi" dan "akuntabilitas" dalam pemerintahan. Namun, korupsi masih menjadi masalah serius, meskipun bentuknya lebih terselubung. Contohnya, kasus korupsi yang melibatkan para pejabat tinggi negara dan pengusaha, seperti kasus "Century" dan "Bank Century". 6. Masa Demokrasi: Di era demokrasi, korupsi masih menjadi tantangan serius. Bentuk korupsi yang muncul lebih beragam, mulai dari "korupsi politik" hingga "korupsi di sektor swasta". Contohnya, kasus korupsi yang melibatkan para politisi dan pengusaha, seperti kasus "e-KTP" dan "KPK". Penutup: Perjalanan panjang korupsi di Indonesia menunjukkan bahwa korupsi merupakan penyakit kronis yang sulit disembuhkan. Namun, dengan kesadaran dan komitmen yang kuat dari seluruh elemen bangsa, kita dapat meminimalisir dampak buruk korupsi dan membangun Indonesia yang lebih baik. Wawasan:** Perjuangan melawan korupsi adalah perjuangan panjang yang membutuhkan komitmen dan kerja keras dari seluruh elemen bangsa. Kita harus terus belajar dari masa lalu dan membangun sistem yang lebih transparan dan akuntabel untuk mencegah korupsi di masa depan.