Ririn, Si Kambing Montok yang Berakhir di Piring **

** Irham menatap Ririn, kambing betina milik tetangganya, dengan mata berbinar. Ririn memang istimewa. Bulunya yang hitam legam berkilauan di bawah sinar matahari, dan tubuhnya yang gemuk dan montok membuat Irham tergiur. "Pasti dagingnya empuk dan gurih," gumam Irham dalam hati. Sejak lama, Irham memang mengidam-idamkan daging kambing. Namun, harga daging kambing di pasaran selalu membuatnya mengurungkan niat. Melihat Ririn yang gemuk dan sehat, Irham merasa kesempatan emas telah datang. Dengan tekad bulat, Irham mendekati pemilik Ririn dan mengajukan tawaran. Setelah bernegosiasi, akhirnya Irham berhasil membeli Ririn dengan harga yang cukup murah. Senyum lebar terukir di wajah Irham saat membawa Ririn pulang. Dia membayangkan betapa nikmatnya daging Ririn yang akan diolah menjadi berbagai hidangan lezat. Namun, saat Irham hendak menyembelih Ririn, hatinya mendadak terasa sesak. Ririn yang selama ini dia pandangi dengan penuh nafsu, kini tampak begitu jinak dan menggemaskan. Matanya yang bulat dan polos seakan memohon belas kasihan. Irham terdiam sejenak, terombang-ambing antara keinginan dan rasa iba. Akhirnya, dia memutuskan untuk mengurungkan niatnya. "Mungkin aku bisa mencari cara lain untuk mendapatkan daging kambing," pikir Irham. Irham melepaskan tali pengikat Ririn dan membiarkannya kembali ke kandang. Dia menyadari bahwa kesenangan sesaat tidak sebanding dengan rasa iba yang dia rasakan. Sejak saat itu, Irham mulai lebih menghargai kehidupan makhluk hidup. Dia belajar bahwa kebahagiaan sejati tidak selalu datang dari memuaskan keinginan sesaat, tetapi dari menghargai nilai-nilai luhur seperti kasih sayang dan empati.