Kejayaan dan Kemunduran Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit, yang berpusat di Mojokerto, Jawa Timur, didirikan oleh Raden Wijaya dan mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Hayam Wuruk. Salah satu momen penting dalam sejarah Majapahit adalah ketika Gajah Mada mengucapkan Sumpah Amukti Rajasanegara, di mana ia berjanji untuk tidak menikmati kesenangan pribadi sebelum berhasil menyatukan kepulauan Nusantara di bawah kekuasaan Majapahit. Salah satu faktor penting dalam kejayaan Majapahit adalah kemajuan ekonomi yang dicapai melalui pengembangan pertanian dan perdagangan. Majapahit juga membangun pelabuhan Hujung sebagai upaya untuk memperluas jangkauan perdagangan maritimnya. Selain itu, Majapahit juga dikenal dengan produksi keramik yang terbuat dari campuran perak, timah, dan tembaga. Selain kemajuan ekonomi, Majapahit juga mengalami kemajuan dalam bidang budaya. Kitab Nagarakertagama, yang ditulis oleh Mpu Prapanca, menjadi salah satu karya sastra terkenal dari era Majapahit. Selain itu, Majapahit juga dikenal dengan keberadaan candi-candi yang indah, seperti candi Panataran di Blitar, candi Tigawangi dan Surawana di dekat Pare (Kediri), serta candi Tikus di Trowulan. Namun, kejayaan Majapahit tidak berlangsung selamanya. Setelah kematian Gajah Mada pada tahun 1364 dan Hayam Wuruk pada tahun 1389, Majapahit mulai mengalami kemunduran. Perang saudara yang dikenal dengan Perang Paregreg menyebabkan kerajaan ini runtuh secara perlahan. Meskipun demikian, warisan Majapahit tetap menjadi bagian penting dari sejarah Indonesia. Kejayaan dan kemunduran kerajaan ini memberikan wawasan yang berharga tentang perjalanan bangsa Indonesia dalam membangun dan mempertahankan kekuasaan.