Gunting, Cerita, dan Harapan **

** Di sudut gang yang ramai, bertengger sebuah toko kecil dengan papan nama usang bertuliskan "Salon Pak Harun". Di balik pintu kayu yang sedikit retak, Pak Harun, sang tukang cukur, menyapa setiap pelanggan dengan senyum ramah dan tangan yang cekatan. Guntingnya berdengung, menari-nari di atas kepala para pelanggan, menciptakan melodi khas yang sudah menjadi bagian dari kehidupan di gang itu. Pak Harun bukan hanya tukang cukur. Ia adalah pendengar setia, penasihat bijak, dan sahabat bagi para pelanggannya. Di kursi cukurnya, terungkap cerita-cerita kehidupan, suka duka, dan harapan. Anak muda yang sedang jatuh cinta, bapak-bapak yang dilanda masalah pekerjaan, dan nenek-nenek yang merindukan masa muda, semua berbagi cerita dengan Pak Harun. Suatu hari, seorang anak laki-laki bernama Adi datang ke salon Pak Harun. Rambutnya kusut dan matanya berkaca-kaca. Adi bercerita tentang kekecewaan karena gagal dalam ujian. Pak Harun mendengarkan dengan sabar, lalu berkata, "Gagal bukan akhir dari segalanya, Adi. Ini adalah kesempatan untuk belajar dan bangkit lebih kuat." Pak Harun kemudian memotong rambut Adi dengan penuh perhatian. Setiap guntingan terasa seperti sentuhan harapan, mengingatkan Adi bahwa hidup masih panjang dan penuh kemungkinan. Adi keluar dari salon dengan rambut rapi dan hati yang lebih tenang. Ia terinspirasi oleh semangat Pak Harun untuk terus maju dan meraih mimpi. Pak Harun, sang tukang cukur, bukan hanya memotong rambut. Ia memotong rasa putus asa, menata kembali harapan, dan menumbuhkan semangat baru di hati para pelanggannya. Guntingnya menjadi simbol perubahan, dan ceritanya menjadi inspirasi bagi mereka yang membutuhkannya.