Mengapa Penghasilan Tinggi Tak Selalu Menjamin Status Sosial: Memahami Stratifikasi Sosial dalam Kasus Ali dan Dimas **

Perbedaan status sosial antara Ali dan Dimas, meskipun Ali memiliki penghasilan yang lebih tinggi, merupakan contoh nyata dari kompleksitas stratifikasi sosial. Stratifikasi sosial adalah pembagian masyarakat menjadi kelompok-kelompok yang tidak setara berdasarkan status sosial, kekayaan, kekuasaan, dan prestise. Dalam kasus ini, beberapa aspek stratifikasi sosial berperan: 1. Status Sosial: * Status Ascribed: Status yang diperoleh sejak lahir, seperti keturunan, ras, atau jenis kelamin. Dimas, sebagai PNS, memiliki status ascribed yang lebih tinggi karena terkait dengan status pegawai negeri. * Status Achieved: Status yang diperoleh melalui usaha dan prestasi. Ali mungkin memiliki status achieved yang tinggi karena penghasilannya, namun status ini tidak diakui secara sosial karena pekerjaan freelancernya. 2. Kekayaan dan Penghasilan: Meskipun Ali memiliki penghasilan tinggi, ia mungkin tidak memiliki kekayaan yang sama dengan Dimas. Dimas, sebagai PNS, mungkin memiliki aset seperti rumah dan kendaraan yang diperoleh melalui gaji dan tunjangan. Hal ini menunjukkan bahwa kekayaan tidak selalu sejalan dengan penghasilan, dan stratifikasi sosial tidak hanya berdasarkan penghasilan saja. 3. Prestise dan Kekuasaan: Pekerjaan Dimas sebagai PNS dianggap memiliki prestise yang lebih tinggi dibandingkan pekerjaan freelancer Ali. Dimas juga memiliki kekuasaan yang lebih besar karena bekerja di sektor publik dan memiliki akses ke sumber daya dan kebijakan. 4. Modal Sosial: Dimas, sebagai PNS, memiliki modal sosial yang lebih tinggi karena memiliki jaringan sosial yang kuat di lingkungan kerjanya. Ali, sebagai freelancer, mungkin memiliki modal sosial yang lebih rendah karena bekerja secara mandiri dan tidak memiliki jaringan sosial yang luas. 5. Norma Sosial dan Budaya: Masyarakat cenderung menghargai pekerjaan formal di kantor dan menganggap pekerjaan freelancer sebagai pekerjaan yang kurang prestisius. Hal ini menunjukkan bahwa norma sosial dan budaya dapat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap status sosial seseorang. Kesimpulan: Fenomena ini menunjukkan bahwa stratifikasi sosial tidak hanya berdasarkan penghasilan, tetapi juga dipengaruhi oleh status sosial, prestise, kekuasaan, modal sosial, dan norma sosial. Ali, meskipun memiliki penghasilan tinggi, dianggap berada di lapisan sosial yang lebih rendah karena tidak memiliki status sosial, prestise, dan modal sosial yang sama dengan Dimas. Hal ini menunjukkan bahwa stratifikasi sosial merupakan sistem yang kompleks dan tidak selalu mencerminkan keadilan sosial. Wawasan:** Kasus Ali dan Dimas mengingatkan kita bahwa status sosial tidak selalu sejalan dengan penghasilan. Stratifikasi sosial merupakan sistem yang kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Penting untuk memahami sistem ini agar kita dapat membangun masyarakat yang lebih adil dan setara.