Menerjemahkan "Negara Berdasar Atas Ketuhanan Yang Maha Esa" dalam Praktik Penyelenggaraan Negara ##

"Negara Berdasar Atas Ketuhanan Yang Maha Esa" merupakan salah satu sila dalam Pancasila, dasar negara Republik Indonesia. Frasa ini seringkali menjadi bahan diskusi dan interpretasi, terutama dalam konteks implementasinya dalam penyelenggaraan negara. Pilihan yang tepat untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah (d). Mengapa? * Penyelenggaraan negara yang memperhatikan nilai-nilai pengakuan religiusitas menunjukkan bahwa negara mengakui dan menghormati keberadaan agama dalam kehidupan masyarakat. Hal ini tercermin dalam berbagai kebijakan dan peraturan yang menjamin kebebasan beragama, menghormati nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sosial, dan menghindari diskriminasi berdasarkan agama. Mengapa pilihan lainnya tidak tepat? * (a) Presiden Indonesia harus berasal dari kalangan rohaniawan: Frasa "Ketuhanan Yang Maha Esa" tidak mencantumkan persyaratan khusus mengenai latar belakang agama pemimpin negara. * (b) Negara Indonesia adalah negara yang didirikan atas ajaran agama tertentu: Pancasila menegaskan bahwa negara Indonesia didirikan atas dasar Ketuhanan Yang Maha Esa, bukan atas dasar ajaran agama tertentu. * (c) Penyelenggaraan pemerintahan menempatkan posisi agama sebagai dasar negara: Pancasila menempatkan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai dasar negara, bukan agama tertentu. * (e) Pemerintah harus menyelenggarakan pemerintahan Indonesia sesuai kehendak tokoh agama: Pemerintah Indonesia bertanggung jawab kepada rakyat, bukan kepada tokoh agama tertentu. Kesimpulan: "Negara Berdasar Atas Ketuhanan Yang Maha Esa" dalam praktik penyelenggaraan negara berarti bahwa negara mengakui dan menghormati keberadaan agama dalam kehidupan masyarakat, menjamin kebebasan beragama, dan menghormati nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sosial. Hal ini penting untuk menciptakan masyarakat yang harmonis dan toleran, di mana setiap warga negara dapat menjalankan agamanya dengan bebas dan damai.