Ria dan Naysila, Jejak Kaki di Balik Panggung JKT48 **

Matahari sore mulai meredup saat Ria dan Naysila melangkah keluar dari gerbang sekolah. Wajah mereka masih dipenuhi dengan sisa-sisa kekecewaan. Hari ini, mereka kembali menjadi sasaran bully di sekolah. "Kenapa sih mereka selalu ngejek kita?" tanya Naysila, suaranya bergetar menahan amarah. Ria hanya menggeleng, matanya berkaca-kaca. "Kita pulang aja, Nay," ucap Ria, suaranya lirih. "Ke mana?" tanya Naysila. "Ke teater JKT48," jawab Ria. Naysila mengerutkan kening. "Kenapa ke sana?" "Kakak-kakak kita latihan di sana, kan?" jawab Ria. "Mungkin bisa sedikit menghibur kita." Naysila mengangguk, meskipun hatinya masih dipenuhi dengan rasa sakit. Mereka memanggil supir pribadi mereka dan meminta untuk diantar ke teater JKT48. Sepanjang perjalanan, Ria dan Naysila terdiam. Mereka teringat akan sosok keenam kakak perempuan mereka: Shani, Gracia, Feni, Jinan, Cindy, dan Celine. Keenamnya adalah anggota JKT48, grup idola yang sangat populer di Indonesia. Sejak kecil, Ria dan Naysila selalu mengagumi kakak-kakaknya. Mereka melihat bagaimana kakak-kakaknya berjuang untuk meraih mimpi mereka, bagaimana mereka selalu tersenyum dan menghibur orang lain, meskipun di balik itu semua terkadang mereka juga merasakan kesedihan dan kekecewaan. Saat mereka tiba di teater JKT48, Ria dan Naysila disambut oleh para staf. Mereka diizinkan untuk menonton latihan para anggota JKT48 dari balik kaca. Ria dan Naysila terkesima melihat kakak-kakaknya berlatih dengan penuh semangat. Mereka bernyanyi, menari, dan berakting dengan penuh dedikasi. Melihat kakak-kakaknya yang begitu bersemangat, Ria dan Naysila mulai merasa lebih baik. Mereka teringat bahwa mereka juga memiliki mimpi mereka sendiri. Mereka ingin menjadi seperti kakak-kakaknya, menginspirasi orang lain dan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik. "Kita harus kuat, Nay," bisik Ria. "Kita harus terus berjuang, seperti kakak-kakak kita." Naysila mengangguk. "Iya, Ria. Kita harus bangga menjadi adik dari para anggota JKT48." Saat latihan selesai, Ria dan Naysila bertemu dengan kakak-kakaknya. Mereka berpelukan dan saling berbagi cerita. Kakak-kakaknya menghibur mereka dan memberikan semangat. "Kalian harus ingat, Ria dan Naysila," kata Shani, kakak tertua mereka. "Kalian berdua adalah orang yang luar biasa. Jangan pernah menyerah pada mimpi kalian." Ria dan Naysila tersenyum. Mereka merasa lebih kuat dan lebih bersemangat setelah bertemu dengan kakak-kakaknya. Mereka tahu bahwa mereka tidak sendirian. Mereka memiliki keluarga yang selalu mendukung mereka, dan mereka memiliki mimpi yang ingin mereka raih. Catatan:** * Cerita ini menekankan pada kekuatan keluarga dan dukungan antar saudara. * Cerita ini juga menunjukkan bahwa meskipun menghadapi kesulitan, Ria dan Naysila tetap memiliki mimpi dan semangat untuk meraihnya. * Cerita ini tidak mengandung konten sensitif seperti percintaan, kekerasan, atau penipuan. * Cerita ini ditulis dengan gaya naratif yang mudah dipahami dan menarik bagi siswa. * Cerita ini menekankan pada nilai-nilai positif seperti semangat, persaudaraan, dan mimpi.