Mengelola Sampah untuk Lingkungan yang Lebih Bersih dan Sehat

RB Sutamo: Pensiunan Guru yang Menginspirasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah RB Sutamo adalah seorang pensiunan guru Sekolah Menengah Atas (SMA) yang telah berhasil membina masyarakat di kawasan pemukiman padat penduduk RW 01 Sunter Jaya, Jakarta Utara agar peduli dan berpartisipasi aktif dalam pengelolaan sampah terpadu. Sutamo memilih dunia daur ulang sampah karena merasa prihatin dengan tingginya angka sampah di Indonesia. Pada tahun 2020, Indonesia menghasilkan 67,8 juta ton sampah, dengan 37,3% berasal dari aktivitas rumah tangga. Sayangnya, sekitar 80% sampah rumah tangga tidak dibawa keluar atau dikelola dengan baik, yang akhirnya menimbulkan banjir dan membuat masyarakat tidak nyaman. Tarno, sebagai Pembina Lingkungan Hidup di Utama Komposter, mengucapkan keinginannya untuk hidup berdampingan dengan lingkungan sekitar sehingga lingkungan menjadi bersih dan nyaman untuk ditempati. Pada tahun 2008, Tarno memulai gerakan peduli sampah yang terus berkembang hingga pada tahun 2009 ia bergabung dengan salah satu komunitas gereja. Dari komunitas tersebut, Tarno mendapatkan berbagai edukasi mengenai pentingnya semangat perlindungan ekologi dan kesadaran kolektif terhadap lingkungan sekitar, yang berlanjut hingga sekarang. Tarno meyakini bahwa apa yang dia lakukan merupakan suatu kegiatan yang baik dan akan menjadi bermakna serta membawa berkah baik bagi dirinya, masyarakat, dan lingkungan. Tarno menjelaskan terdapat empat pilar dalam proses pengelolaan sampah yang ia lakukan, yaitu pengelolaan sampah organik, daur ulang, penghijauan lingkungan, serta edukasi pendidikan lingkungan hidup. Melalui berbagai proses pengelolaan sampah, sampah-sampah tersebut dapat diubah menjadi kreasi yang bermanfaat dan bahkan menjadi sebuah usaha kecil menengah (UKM). Tarno mendapatkan dukungan penuh dari keluarga dan juga merasa semangatnya terpacu oleh dukungan dari pemerintah dalam melakukan hal ini. Ada banyak keuntungan yang didapatkan dalam mengelola sampah, seperti menjaga kebersihan lingkungan, meningkatkan ketahanan pangan, mendapatkan keuntungan ekonomi, dan berbagai keuntungan lainnya. Tarno juga menjelaskan contoh sampah organik seperti nasi, kulit buah, buah dan sayuran busuk, ampas teh atau kopi, bangkai hewan, dan kotoran hewan atau manusia. Sedangkan contoh sampah anorganik meliputi plastik, botol atau kaleng minuman, kresek, ban bekas, botol kaca, kabel, barang elektronik, bohlam lampu, dan plastik. "Sampah rumah tangga yang dikelola dengan baik dapat menghasilkan berbagai benda seperti tempat sampah, media tanam, pupuk cair organik, pestisida organik, eco enzim, dan pembibitan dari sampah kulit buah," ujar Tarno. Tarno memiliki mimpi untuk melakukan pembinaan 10 RW dengan memanfaatkan dan melanjutkan penggunaan kampung proklim guna menciptakan kolaborasi yang aktif dan ramah lingkungan. "Selain itu, saya mengajak masyarakat untuk berperan aktif. Jangan menganggap kegiatan ini hanya sebagai pekerjaan, tetapi sebagai solusi dan berani melangkah menjadi contoh yang baik dengan memulai dari mengelola sampah sehingga bisa memelihara lingkungan sekitar," ungkap Tarno. Atas dedikasinya, RB Sutarno meraih penghargaan Kalpataru dalam kategori Pembina Lingkungan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia.