Senyum Ria di Balik Panah Maut **

** Matahari sore menyinari taman belakang rumah mewah itu. Ria, atlet panah yang terkenal dengan ketangkasan dan ketepatannya, tengah berlatih dengan fokus. Keenam kakaknya, Shani, Gracia, Feni, Jinan, Cindy, dan Celine JKT48, duduk di balkon rumah, menyaksikan adik mereka dengan bangga. Ayah dan Ibu Ria, CEO perusahaan ternama, juga ikut menyaksikan dari balkon, senyum bangga terukir di wajah mereka. Ria menarik napas dalam-dalam, membidik target utama dengan mata tajam. Namun, sebelum panah terlepaskan, sebuah panah asing tiba-tiba melesat dan mengenai pergelangan tangan Ria. Darah segar mengalir, membuat Ria tersentak. Serangan itu belum berhenti. Dua panah lagi meluncur cepat, mengenai kedua telinga Ria. Panah terakhir, dengan kecepatan yang mengerikan, menancap di kaki Ria, hampir menembus kulit. Ria terhuyung, rasa sakit menusuk tubuhnya. Namun, di tengah rasa sakit itu, pandangannya menangkap sosok pelaku di balik semak-semak. Dengan sisa tenaga yang ada, Ria menarik panah dari tasnya, membidik dengan cepat, dan melepaskan tembakan. Dua panah Ria mengenai kedua kaki pelaku, membuatnya terjatuh. Keheningan menyelimuti taman. Keenam kakak Ria berhamburan turun, panik dan khawatir. Ayah dan Ibu Ria bergegas mendekati Ria, wajah mereka dipenuhi kepanikan. Namun, Ria tersenyum, meskipun tubuhnya dipenuhi luka. "Aku baik-baik saja," bisiknya, "Pelakunya sudah tertangkap." Senyum Ria, meskipun di balik rasa sakit, memancarkan kekuatan dan keberanian. Senyum itu adalah bukti bahwa Ria, atlet panah yang tangguh, tidak akan menyerah pada rasa takut. Senyum itu adalah bukti bahwa Ria, di balik panah maut, tetap teguh berdiri, siap menghadapi segala tantangan.