Faktor-Faktor Kemunduran Kerajaan Majapahit di Era Raja Terakhir

Kerajaan Majapahit, sebuah kerajaan Hindu-Buddha yang berpusat di Jawa Timur, mencapai puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Raja Hayam Wuruk pada abad ke-14. Namun, setelah kematiannya pada tahun 1389, kerajaan yang megah ini mulai mengalami kemunduran yang berujung pada keruntuhannya di awal abad ke-16. Berbagai faktor kompleks saling terkait menyebabkan kemunduran Kerajaan Majapahit di era raja terakhir.

Perebutan Takhta dan Konflik Internal

Salah satu faktor utama yang melemahkan Kerajaan Majapahit adalah perebutan takhta yang terjadi setelah kematian Hayam Wuruk. Konflik internal antara Wikramawardhana, menantu Hayam Wuruk, dan Bhre Wirabhumi, putra Hayam Wuruk dari selir, memicu perang saudara yang dikenal sebagai Perang Paregreg. Perang saudara ini berlangsung selama lima tahun (1401-1406) dan mengakibatkan kehancuran di berbagai wilayah Majapahit. Konflik internal ini melemahkan kekuatan militer dan ekonomi kerajaan, menjadikannya rentan terhadap ancaman dari luar.

Kemerosotan Ekonomi

Kemunduran Kerajaan Majapahit juga dipengaruhi oleh kemerosotan ekonomi. Perang Paregreg mengakibatkan kerusakan infrastruktur pertanian dan perdagangan. Jalur perdagangan maritim yang menjadi tulang punggung ekonomi Majapahit terganggu akibat konflik internal dan munculnya kekuatan maritim baru, seperti Kesultanan Malaka. Penurunan pendapatan dari sektor perdagangan dan pertanian melemahkan kemampuan kerajaan dalam membiayai pemerintahan, militer, dan pembangunan infrastruktur.

Munculnya Kekuatan Islam

Faktor eksternal yang turut berperan dalam kemunduran Kerajaan Majapahit adalah munculnya kekuatan Islam di Nusantara. Sejak awal abad ke-15, kerajaan-kerajaan Islam di pesisir utara Jawa, seperti Demak dan Cirebon, mulai berkembang pesat. Kerajaan-kerajaan Islam ini menantang hegemoni Majapahit di wilayah pesisir dan menarik banyak pedagang serta ulama untuk berpindah ke wilayah mereka. Perkembangan Islam di Nusantara semakin melemahkan pengaruh dan wibawa Kerajaan Majapahit, terutama di kalangan masyarakat pesisir yang mulai memeluk agama Islam.

Kelemahan Kepemimpinan

Setelah era Hayam Wuruk, Kerajaan Majapahit dipimpin oleh raja-raja yang relatif lemah. Raja-raja penerus Hayam Wuruk tidak memiliki kemampuan dan karisma yang cukup untuk mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi kerajaan. Kepemimpinan yang lemah ini mengakibatkan ketidakstabilan politik, melemahnya kontrol terhadap wilayah-wilayah bawahan, dan ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman dari luar.

Bencana Alam dan Wabah Penyakit

Faktor alam juga turut berperan dalam melemahkan Kerajaan Majapahit. Letusan gunung berapi dan bencana alam lainnya mengakibatkan kerusakan lahan pertanian dan infrastruktur. Wabah penyakit yang melanda Jawa pada abad ke-15 juga mengakibatkan penurunan populasi dan melemahkan tenaga kerja. Bencana alam dan wabah penyakit ini semakin memperburuk kondisi ekonomi dan sosial Kerajaan Majapahit.

Kerajaan Majapahit, yang pernah berjaya di Nusantara, mengalami kemunduran dan keruntuhan akibat kombinasi faktor internal dan eksternal. Konflik internal, kemerosotan ekonomi, munculnya kekuatan Islam, kelemahan kepemimpinan, serta bencana alam dan wabah penyakit, semuanya berkontribusi pada kemunduran kerajaan yang pernah menjadi penguasa lautan dan pusat kebudayaan di Asia Tenggara ini. Meskipun kejayaan Majapahit telah lama berlalu, warisan budaya dan sejarahnya tetap hidup dan menjadi inspirasi bagi generasi penerus di Indonesia.