4 (161 suara) Pendahuluan: A story about a student's first Christmas experience in England and the cultural differences they encounter. Bagian 1: Introduction to Christmas in England Bagian 2: Traditional Christmas Activities Bagian 3: Cultural Differences and New Traditions Bagian 4: Celebrating Christmas with Friends and Family Kesimpulan: Reflecting on the unique experience and the joy of celebrating Christmas in a new cultural setting.
Saya selalu tertarik dengan lingkungan dan keberlanjutan, tetapi saya tidak pernah berpikir bahwa hal itu akan mempengaruhi hidup saya secara pribadi. Sejak kecil, saya terpesona dengan keindahan alam dan keajaiban dunia di sekitar saya. Saya menghabiskan waktu berjam-jam menjelajahi hutan, menonton burung, dan menonton matahari terbenam. Saya merasa damai dan tenang saat saya berada di alam. Seiring bertambahnya usia, minat saya terhadap lingkungan semakin kuat. Saya mulai memperhatikan perubahan yang terjadi di sekitar saya. Hutan mulai memudar, sungai menjadi kotor, dan hewan-hewan yang dulu melimpah sulit ditemukan. Saya tahu bahwa saya harus melakukan sesuatu untuk membantu. Saya memulai dengan mengambil tindakan kecil di rumah. Saya mulai mendaur ulang, mengurangi penggunaan plastik, dan menghemat energi. Saya juga mulai memperhatikan kebiasaan saya sendiri dan mencoba untuk membuat perubahan positif. Saya mulai berbicara dengan teman-teman dan keluarga saya tentang pentingnya keberlanjutan dan bagaimana kita semua dapat berkontribusi. Saya juga mulai terlibat dalam upaya-upaya yang lebih besar di komunitas saya. Saya bergabung dengan kelompok lingkungan lokal dan mulai terlibat dalam kampanye dan proyek-proyek untuk melindungi lingkungan. Saya bekerja dengan orang-orang yang memiliki semangat yang sama dan bersama-sama, kita mencapai perubahan yang signifikan. Melalui perjalanan ini, saya belajar banyak tentang kekuatan kolektif dan pentingnya mengambil tindakan. Saya melihat bagaimana tindakan kecil dapat memiliki dampak besar dan bagaimana satu orang dapat membuat perbedaan. Saya juga belajar tentang pentingnya menjaga dan melindungi lingkungan untuk kesejahteraan kita semua. Saya bangga dengan perjalanan saya dan dengan tindakan yang saya ambil untuk membantu melindungi lingkungan. Saya tahu bahwa masih ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan, tetapi saya juga tahu bahwa dengan bekerja sama, kita dapat mencapai perubahan yang signifikan. Saya berharap bahwa kisah saya akan menginspirasi orang lain untuk mengambil tindakan dan membuat perbedaan. Kesimpulan: Perjalanan saya menuju keberlanjutan telah mengubah hidup saya secara drastis. Saya telah belajar tentang pentingnya mengambil tindakan dan kekuatan kolektif dalam melindungi lingkungan. Saya bangga dengan apa yang telah saya capai dan berharap untuk terus membuat perbedaan. Saya juga berharap bahwa kisah saya akan menginspirasi orang lain untuk mengambil tindakan dan membuat perbedaan. Bersama-sama, kita dapat menciptakan dunia yang lebih baik dan lebih berkelanjutan untuk diri kita sendiri dan generasi mendatang.
Di sebuah desa kecil, hiduplah seorang pemuda yang sering disebut gila oleh penduduk desa. Ia selalu berteriak sambil melihat ke langit, mencari Tuhan. Tidak hanya berteriak, ia juga berbuat bising seperti memukul dan melempar barang yang ada di dekatnya. Tak ada yang mengetahui maksud dari pemuda itu. Suatu hari, saat pemuda itu lewat di pasar desa sambil berteriak, tiba-tiba ada seorang pria tinggi yang menghampirinya dan meninju serta menendangnya, sembari berkata " itu sudah tak ada". Seluruh penduduk desa hanya melihat pemandangan itu, hingga tiba-tiba salah satu penduduk mendekati keduanya dan mulai memukul pemuda gila itu. Awalnya hanya satu warga, namun lama kelamaan, warga yang lainnya pun ikut menyiksa pemuda itu. Namun, pemuda gila itu tetap saja berteriak "dimana tuhan? Tuhan, dimana kau?". Lalu, seorang warga memukul belakang kepalanya menggunakan kayu hingga pemuda gila itu tersungkur. Meskipun begitu, mulutnya tak henti-hentinya mencari keberadaan Tuhan meskipun sambil merintih, hingga ia kelelahan dan meninggal. Para warga yang melihat itu, langsung bersorak bahagia karena sekarang tak ada lagi yang akan mengganggu ketenangan mereka dengan teriakan-teriakan yang tak dapat mereka artikan itu. Sang pria tinggi yang pertama kali memukul pemuda gila itu untuk terakhir kalinya berkata "Lihat, sia-sia saja apa yang dilakukan pemuda tidak waras ini. Sudah kubilang berkali-kali bahwa Tuhan itu sudah mati!" "Benar!" "Anda benar sekali tuan!" Sorak warga sembari meninggalkan mayat pemuda gila itu. Beberapa saat kemudian, seorang wanita yang berusia 30-an menghampiri pemuda gila itu sambil menangis tersedu-sedu. Lalu dia membawa mayat itu untuk dikuburkan ke sebuah bukit tinggi jauh dari desa tersebut. Ia menguburkan jasad pemuda itu sambil menangis. "Kenapa nasibmu sangat mengenaskan begini, nak..." rintihnya ditengah tangisannya. Dari semua penduduk desa, hanya wanita ini yang peduli pada pemuda itu. Kisah pemuda gila ini mengajarkan kita tentang pentingnya empati dan pengertian terhadap orang lain. Meskipun perilaku pemuda itu mungkin tampak aneh dan mengganggu, namun di balik itu ada perasaan dan harapan yang mendalam. Kita harus belajar untuk melihat lebih dalam dan mencoba apa yang sedang dialami oleh orang lain, bahkan jika mereka tampak berbeda atau aneh. Dengan begitu, kita dapat menciptakan dunia yang lebih penuh kasih sayang dan pengertian.
Hari ini, seperti biasa, aku bergegas menuju sekolah. Udara pagi yang sejuk menyambutku, dan semangatku pun membara untuk memulai hari. Namun, saat memasuki gerbang sekolah, hatiku sedikit terusik. Sampah berserakan di sudut-sudut halaman, dan bau tak sedap tercium dari beberapa tempat. Aku teringat pesan Ibu di rumah, "Sekolah adalah rumah kedua kita. Maka, kita harus menjaganya dengan baik, seperti kita menjaga kebersihan rumah kita sendiri." Pesan itu tiba-tiba terasa sangat relevan. Saat itu, aku bertekad untuk melakukan sesuatu. Aku mengajak teman-temanku untuk membersihkan halaman sekolah bersama. Kami mengumpulkan sampah, menyapu halaman, dan menata kembali tempat sampah. Tak terasa, waktu berlalu begitu cepat. Saat kami selesai membersihkan, senyum merekah di wajah kami. Halaman sekolah tampak bersih dan segar. Udara pun terasa lebih bersih dan segar. Kebersihan lingkungan sekolah bukan hanya tanggung jawab guru atau petugas kebersihan. Kita, para siswa, juga memiliki peran penting dalam menjaga kebersihan lingkungan sekolah. Dengan menjaga kebersihan, kita menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan sehat. Menjaga kebersihan lingkungan sekolah adalah wujud nyata dari rasa cinta dan tanggung jawab kita terhadap sekolah. Sekolah yang bersih dan sehat akan membuat kita lebih nyaman belajar dan beraktivitas. Pesan: Mari kita bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan sekolah kita. Mulailah dari diri sendiri, dengan membuang sampah pada tempatnya dan menjaga kebersihan kelas dan lingkungan sekitar. Ingat, sekolah adalah rumah kedua kita.
Pendahuluan: Sekolah dapat berperan dalam melindungi lingkungan dengan mengadopsi praktik yang berkelanjutan. Bagian 1: Mengurangi Sampah Sekolah dapat mengurangi sampah dengan mendaur ulang, mengompos, dan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Bagian 2: Konservasi Energi Sekolah dapat menghemat energi dengan menggunakan pencahayaan dan peralatan hemat energi, serta mengajarkan siswa tentang pentingnya konservasi energi. Bagian 3: Tanaman Hidup Sekolah dapat menanam pohon dan kebun untuk meningkatkan kualitas udara dan menyediakan habitat bagi satwa liar. Bagian 4: Kesadaran Lingkungan Sekolah dapat mengintegrasikan pendidikan lingkungan ke dalam kurikulum dan mengadakan kegiatan yang meningkatkan kesadaran tentang isu-isu lingkungan. Kesimpulan: Dengan mengadopsi praktik yang berkelanjutan, sekolah dapat menjadi contoh positif dalam melindungi lingkungan dan mengajarkan pentingnya pelestarian lingkungan kepada siswa.