Persekongkolan dan Perselingkuhan Negara dan Antek-Anteknya di Tanah Papua: Apakah Mereka Bisa Dijadikan Beelzebul?

Di tengah upaya untuk mengembangkan perkebunan tebu di Papua, negara dan para investor asing tampaknya mengabaikan dampak negatif terhadap lingkungan. Hutan-hutan yang berhektar-hektar mengalami kerusakan akibat aktivitas ini, menimbulkan kekhawatiran serius mengenai kelestarian kehidupan manusia dan alam di tanah Papua. Apakah ini menunjukkan persekongkolan dan perselingkuhan antara negara dan antek-anteknya? Bagi penulis, istilah Beelzebul cukup cocok untuk menggambarkan situasi ini. Beelzebul, dalam konteks Kitab Suci atau Alkitab, merupakan nama lain dari Setan, dikenal sebagai salah satu tujuh setan mematikan atau tujuh pangeran Neraka. Dalam ilmu demonologi, Beelzebul sering diidentifikasi dengan kerakusan dan iri hati. Apakah negara dan para investor asing di Papua bisa diibaratkan sebagai Beelzebul? Indikatornya terlihat dari kerusakan hutan yang terjadi akibat aktivitas perkebunan tebu. Untuk mengatasi persekongkolan dan perselingkuhan ini, penting bagi negara dan para investor asing untuk memprioritaskan kelestarian lingkungan dan kehidupan manusia di tanah Papua. Mereka harus memahami bahwa keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat setempat adalah kunci untuk masa depan yang lebih baik. Dengan mengambil langkah-langkah yang tepat, kita dapat mengurangi dampak negatif dan memastikan bahwa kehidupan di tanah Papua dapat terus berkembang dengan harmonis.