Ketentuan Pembagian Warisan dalam Islam

Agama Islam mengajarkan aspek kewarisan kepada umatnya dikarenakan agama yang dibawakan Nabi Muhammad SAW ini sangat menjamin hak kepemilikan atas harta (hifdz al-mal) dan kelangsungan hidup suatu keluarga (hifdz al-nasl). Orang yang sudah meninggal dunia tetap terjamin hak milik kekayaannya supaya tidak dikuasai orang lain yang tak berhak memilikinya. Begitu pula anggota keluarganya baik laki-laki maupun perempuan yang ditinggalkan muwaris yang telah meninggal dunia, supaya terjamin kelangsungan hidupnya secara adil dan merata mereka diberikan hak untuk mendapatkan warisan harta pusaka keluarga. Aturan ketentuan pembagian warisan terdapat dalam Al-Qur'an Surat an-Nisa ayat 7 sebagai berikut: "Bagi laki-laki mendapatkan bagian yang sama dengan dua perempuan. Jika perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Jika perempuan hanya satu, maka dia mendapatkan setengah dari harta yang ditinggalkan. Bagi orang tua, masing-masing mendapatkan seperenam dari harta yang ditinggalkan jika yang meninggal memiliki anak. Jika yang meninggal tidak memiliki anak, maka orang tua mendapatkan sepertiga dari harta tersebut. Bagi istri yang ditinggalkan, dia mendapatkan seperempat dari harta yang ditinggalkan jika suaminya tidak memiliki anak. Jika suami memiliki anak, maka istri mendapatkan satu delapan dari harta tersebut." Pembagian warisan dalam Islam didasarkan pada prinsip keadilan dan kesetaraan. Setiap anggota keluarga, baik laki-laki maupun perempuan, memiliki hak yang sama untuk mendapatkan bagian dari harta pusaka yang ditinggalkan. Namun, jumlah bagian yang diterima oleh laki-laki dan perempuan berbeda, dengan laki-laki mendapatkan bagian yang sama dengan dua perempuan. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa kebutuhan dan kesejahteraan semua anggota keluarga terpenuhi secara adil. Selain itu, aturan juga mengatur pembagian warisan kepada orang tua yang ditinggalkan. Jika yang meninggal memiliki anak, masing-masing orang tua mendapatkan seperenam dari harta yang ditinggalkan. Namun, jika yang meninggal tidak memiliki anak, maka orang tua mendapatkan sepertiga dari harta tersebut. Hal ini menunjukkan pentingnya peran orang tua dalam keluarga dan perlindungan hak-hak mereka. Bagi istri yang ditinggalkan, dia mendapatkan seperempat dari harta yang ditinggalkan jika suaminya tidak memiliki anak. Namun, jika suami memiliki anak, maka istri mendapatkan satu delapan dari harta tersebut. Hal ini memberikan perlindungan dan keadilan bagi istri dalam hal pembagian warisan. Dengan adanya ketentuan pembagian warisan dalam Islam, diharapkan tercipta keadilan dan kesetaraan antara anggota keluarga dalam memperoleh hak-hak mereka. Pembagian yang adil ini juga memastikan kelangsungan hidup dan kesejahteraan anggota keluarga yang ditinggalkan. Islam sebagai agama yang mengajarkan nilai-nilai keadilan dan kesetaraan, memberikan pedoman yang jelas dalam hal pembagian warisan.