Kesamaan antara Ibu dan Saya: Kisah Tumbuh Besama Ibu yang Penuh Kebanggaa

Seperti biasanya setiap pagi, aku terbangun oleh suara kokok ayam dan merasakan kehadiran ibuku di dapur. Dia mengenakan apron berwarna merah muda dan rambutnya diikat ke belakang. Tangannya yang dipasangi sarung tangan plastik sibuk mengaduk bumbu-bumbu masakan. Di pagi hari, ibu selalu sibuk dengan dapur, dan dapur itu penuh dengan berbagai bahan makanan. Di meja, aku melihat sebuah keik lezat berwarna putih yang dihiasi stroberi segar berwarna merah. Di sampingnya ada semangkuk salad yang terbuat dari potongan kol ungu, tomat ceri, dan daun selada yang dibumbui dengan mayones. Tak jauh dari semangkuk salad itu, aku melihat gulungan mi yang disiram dengan saus merah dan potongan daging cincang. Ya, itu adalah makanan kesukaanku, spaghetti. "Selamat pagi, Ibu," sapaku kepada ibu. "Selamat pagi. Segera mandi dan sarapan. Nanti kau terlambat," jawab ibuku. Begitulah kesibukan pagi hari di rumahku. Ketika masih kecil, aku selalu penasaran mengapa ibu selalu memasak banyak makanan. Suatu hari, aku bertanya kepada ibu, "Ibu, kenapa ibu selalu memasak banyak makanan? Ibu juga mengemas makanan-makanan itu dengan apik. Tapi kenapa tidak ada warung di rumah kita? Ibu ke mana makanan-makanan itu?" tanyaku penasaran. "Tahukah kamu bahwa ibumu ini bekerja dengan memasak banyak makanan? Ibu memasak makanan-makanan itu untuk diantarkan kepada orang yang telah memesan makanan ke pacar ibu. Ibu mengantarkannya kepada mereka sesuai pesanan yang telah mereka buat. Oleh karena itu, ibu tidak perlu memajang semua makanan itu di warung atau etalase. Karena begitu makanan siap, maka makanan itu akan segera diantarkan kepada pemiliknya," jelas ibuku dengan sabar. "Begitukah Ibu? Lalu disebut apakah usaha Ibu ini?" tanyaku penasaran. "Usaha yang ibu lakukan adalah usaha katering. Usaha katering adalah usaha yang melayani pesanan hidangan untuk pesta, pertemuan, dan acara-acara lainnya. Ibu akan membuat makanan sesuai pesanan yang ibu terima," begitulah penjelasan ibuku terhadap rasa penasaranku ini. Selesai mandi, kulihat makanan yang ada di meja sudah bertambah banyak. Di sebelah kel yang tadi kulihat, kini ada sebuah puding cokelat dengan lelehan vla berwarna. Aroma vanila yang menusuk hidungku. Aroma itu berasal dari panekuk yang sedang dipanggang ibukuguh lezat dan menggugah selera. Aku mendudukkan diriku di kursi yang berada tepat di depan spaghetti buatan ibuku. Memandangi ibuku yang sibuk mengurus makanan-makanannya. "Pesanan apa yang Ibu dapatkan hari ini? Sepertinya semua makanan yang ada di sini terlihat lezat," tanyaku. "Hari ini ibu mendapatkan pesanan dari teman kantor ayahmu. Kata mereka akan mengadakan arisan di Semuany sudah siap. Tapi sup makaroni yang dipesan belum," jelas ibuku. "Makanan panekuk ini untuk sarapan. Ibu sudah mengemas bekal untukmu. Bawalah. Ambillah juga yoghurt yang ada di kulkas," sambungnya. "Apa kira-kir bekalku hari ini?" tanyaku pada ibu. "Ibu membuat sushi dengan filet ikan salmon di atasnya. Kamu akan menyukainya," ujinya dengan yang menghiasi wajahnya. Aku segera memasukkan bekal itu ke dalam tas dan mengambil yoghurt yang ada