Eksisting vs. Esensi: Menelisik Dilema Desain Interior di Era Modern
4 (247 suara) Pada era modern ini, desain interior telah berkembang pesat dan menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks ini, dua konsep yang sering menjadi perdebatan adalah eksisting dan esensi. Eksisting merujuk pada elemen-elemen yang sudah ada sebelumnya, sedangkan esensi merujuk pada inti atau hakikat dari suatu ruangan. Dalam artikel ini, kita akan menelisik lebih dalam tentang dilema antara eksisting dan esensi dalam desain interior di era modern.
Eksisting: Menghargai Nilai Historis
Eksisting dalam desain interior merujuk pada elemen-elemen yang sudah ada sebelumnya. Ini bisa berupa struktur bangunan, furnitur, atau dekorasi yang sudah ada. Dalam konteks desain interior, eksisting seringkali dihargai karena nilai historis dan estetikanya. Misalnya, sebuah bangunan tua dengan arsitektur klasik mungkin memiliki nilai historis yang tinggi dan menjadi daya tarik tersendiri. Dalam hal ini, desainer interior dituntut untuk mampu menghargai dan mempertahankan elemen-elemen eksisting tersebut.Esensi: Menciptakan Ruang yang Berfungsi
Di sisi lain, esensi dalam desain interior merujuk pada inti atau hakikat dari suatu ruangan. Esensi ini biasanya berkaitan dengan fungsi dan kegunaan ruangan tersebut. Misalnya, esensi dari sebuah ruang tamu mungkin adalah untuk menerima tamu dan berinteraksi, sedangkan esensi dari sebuah kamar tidur adalah untuk beristirahat dan tidur. Dalam konteks ini, desainer interior dituntut untuk mampu menciptakan ruang yang berfungsi sesuai dengan esensinya.Dilema Eksisting vs. Esensi
Dalam praktiknya, seringkali terjadi dilema antara eksisting dan esensi. Misalnya, bagaimana jika struktur bangunan yang eksisting tidak mendukung fungsi ruangan yang diinginkan? Atau bagaimana jika furnitur yang eksisting tidak sesuai dengan esensi ruangan? Dalam situasi seperti ini, desainer interior dituntut untuk mampu membuat keputusan yang tepat.Menemukan Keseimbangan
Salah satu solusi untuk dilema ini adalah dengan mencari keseimbangan antara eksisting dan esensi. Ini bisa dilakukan dengan cara menghargai elemen-elemen eksisting, sekaligus juga mempertimbangkan esensi ruangan. Misalnya, struktur bangunan yang eksisting bisa dipertahankan, tetapi mungkin perlu dilakukan beberapa modifikasi untuk mendukung fungsi ruangan. Atau, furnitur yang eksisting bisa dipertahankan, tetapi mungkin perlu ditambahkan beberapa elemen baru untuk mendukung esensi ruangan.Dalam era modern ini, desain interior bukan hanya tentang menciptakan ruang yang indah, tetapi juga tentang menciptakan ruang yang berfungsi dan memiliki nilai. Dalam konteks ini, eksisting dan esensi menjadi dua konsep yang penting. Meskipun seringkali terjadi dilema antara keduanya, namun dengan pendekatan yang tepat, keduanya bisa dicapai dan diintegrasikan dengan baik. Dengan demikian, kita bisa menciptakan ruang yang tidak hanya indah, tetapi juga berfungsi dan memiliki nilai.
