Kekuatan Politik Nasional: TNI AD dan PKI di Indonesia (1960-1965)

Pada periode antara tahun 1960 dan 1965, kekuatan politik di Indonesia sangat terkonsentrasi di tangan Presiden Soekarno. Presiden Soekarno memegang seluruh kekuasaan negara, dengan TNI AD dan PKI sebagai dua kekuatan politik utama. TNI AD, di bawah kepemimpinan Jenderal Nasution, awalnya memainkan peran penting dalam politik Indonesia, tetapi setelah pemberontakan PRRI dan Permesta pada tahun 1958, mereka mulai memainkan peran yang lebih signifikan. Pada tahun 1952, PKI bangkit kembali dari puing-puing pemberontakan Madiun 1948 dan menjadi kekuatan politik baru di Indonesia. Mereka muncul sebagai kekuatan yang signifikan dalam Pemilihan Umum 1955 dan mendapatkan tempat dalam konstelasi politik baru setelah menerima Penetapan Presiden No. 7/1959. Dengan mendukung gagasan Nasakom dari Presiden Soekarno, PKI dapat memperkuat posisinya dan menjadi kekuatan yang menantang TNI AD. Selama periode ini, Presiden Soekarno berusaha menekan pengaruh TNI AD dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan mencari dukungan dari partai-partai politik di Jawa, terutama PKI, dan merangkul angkatan-angkatan bersenjata lainnya, seperti angkatan udara. Selain itu, Soekarno juga berusaha memperkuat posisi PKI dengan memberikan dukungan kepada mereka dan menekan pengaruh TNI AD. Kekuatan politik baru lainnya adalah PKI. Mereka berusaha menyaingi TNI dengan memanfaatkan dukungan yang diberikan oleh Soekarno untuk menekan pengaruh TNI AD. Selama periode ini, PKI menjadi kekuatan yang semakin kuat dan mulai memainkan peran yang lebih signifikan dalam politik Indonesia. Secara keseluruhan, periode antara tahun 1960 dan 1965 adalah waktu ketika kekuatan politik di Indonesia sangat terkonsentrasi di tangan Presiden Soekarno, TNI AD, dan PKI. TNI AD awalnya memainkan peran penting dalam politik Indonesia, tetapi setelah pemberontakan PRRI dan Permesta, mereka mulai memainkan peran yang lebih signifikan. PKI, yang bangkit kembali pada tahun 1952, menjadi kekuatan baru yang semakin kuat dan menantang TNI AD. Selama periode ini, Presiden Soekarno berusaha menekan pengaruh TNI AD dan memperkuat posisi PKI dengan memberikan dukungan kepada mereka.