Tanggung Jawab Manusia dalam Menentukan Nasibnya Sendiri

Manusia memiliki kehendak bebas yang memungkinkannya untuk menentukan nasibnya sendiri. Namun, seringkali manusia cenderung menyalahkan Iblis atas kejahatan yang terjadi di dunia. Mereka berbicara tentang "tanggung jawab manusia," tetapi pada saat yang sama, mereka mencari kambing hitam dengan menyalahkan Iblis atas segala hal jahat yang sebenarnya berasal dari hati mereka sendiri yang jahat (Matius 7:21-23). Namun, pertanyaannya adalah siapa yang sebenarnya mengontrol kehidupan di bumi ini - Allah atau Iblis? Jika kita melihat dunia ini dengan serius dan komprehensif, kita akan melihat ketidakpastian dan kekacauan di mana-mana. Dosa merajalela, pelanggaran hukum terus terjadi, dan para penjahat serta penipu semakin banyak (2 Timotius 3:13). Saat ini, segala sesuatu tampak seperti sedang lepas dari kontrol. Kekuasaan diwarnai oleh pertikaian dan kegoncangan, dinasti-dinasti kuno ditumbangkan, bangsa-bangsa dalam kekacauan, dan peradaban berubah menjadi kegagalan. Bahkan dalam dunia Kekristenan, kita melihat pertempuran dengan kematian. Konflik besar telah berlalu, namun kegelisahan, ketidakpuasan, dan kekacauan masih meluas. Tidak ada yang dapat memperkirakan kapan perang besar berikutnya akan terjadi. Para negarawan menciptakan teka-teki dan kejutan, dan orang-orang hidup dalam ketakutan dan kecemasan. Dalam situasi seperti ini, manusia harus mengambil tanggung jawab pribadi dalam menentukan nasibnya sendiri. Menyalahkan Iblis atau entitas lain tidak akan membawa perubahan yang positif. Sebaliknya, manusia harus mengakui bahwa kejahatan berasal dari hati mereka sendiri dan mereka memiliki kekuatan untuk mengubahnya. Dengan menggunakan kehendak bebas yang diberikan oleh Allah, manusia dapat memilih untuk melakukan kebaikan dan menghindari kejahatan. Tentu saja, ini bukanlah tugas yang mudah. Manusia harus berjuang melawan nafsu jahat dan godaan yang ada di dunia ini. Namun, dengan tekad yang kuat dan bantuan dari Allah, manusia dapat mengatasi segala rintangan dan menjadi agen perubahan yang positif dalam dunia ini. Dalam kesimpulan, manusia memiliki kehendak bebas yang memungkinkan mereka untuk menentukan nasibnya sendiri. Menyalahkan Iblis atau entitas lain tidak akan membawa perubahan yang positif. Manusia harus mengambil tanggung jawab pribadi dalam menghadapi kejahatan dan memilih untuk melakukan kebaikan. Dengan tekad yang kuat dan bantuan dari Allah, manusia dapat menjadi agen perubahan yang positif dalam dunia ini.