Menara Kegelapan, Penjara Jiwa **

** Angin berdesir dingin menerpa wajahku, membawa aroma tanah kering dan debu. Di depanku menjulang tinggi Menara Kegelapan, sebuah bangunan tua yang menjulang ke langit, menentang waktu dan cuaca. Dindingnya yang terbuat dari batu hitam pekat tampak menyerap cahaya, membuat bayangan panjang yang menari-nari di tanah. Aku mendengar bisikan angin, seakan berbisik tentang cerita-cerita kelam yang tersembunyi di balik dinding menara itu. Konon, menara ini adalah penjara bagi jiwa-jiwa yang terkutuk, tempat mereka dikurung dalam kegelapan abadi. Aku mendekat, langkahku berat, seakan terbebani oleh sejarah kelam yang menyelimuti menara ini. Pintu kayu tua yang berat berderit saat aku membukanya, dan bau lembap menyerbu hidungku. Di dalam, lorong sempit dan gelap menuntunku ke dalam jantung menara. Setiap langkahku diiringi oleh gema langkahku sendiri, seakan menirukan detak jantungku yang berdebar kencang. Aku merasakan hawa dingin yang menusuk tulang, dan bayangan-bayangan aneh berkelap-kelip di dinding. Aku terus berjalan, tak peduli rasa takut yang menggerogoti jiwaku. Aku ingin tahu, ingin melihat dengan mata kepalaku sendiri apa yang tersembunyi di balik dinding menara ini. Akhirnya, aku sampai di sebuah ruangan besar yang kosong. Di tengah ruangan, berdiri sebuah meja kayu tua dengan sebuah buku tebal di atasnya. Aku mendekat, tangan gemetar meraih buku itu. Saat jari-jariku menyentuh sampul buku, sebuah cahaya redup menyala, menerangi ruangan. Aku membuka buku itu, dan di dalamnya tertulis cerita-cerita tentang jiwa-jiwa yang terkurung di menara ini. Cerita-cerita itu penuh dengan kesedihan, penyesalan, dan kegelapan. Aku merasakan beban berat di dadaku, seakan aku sendiri yang merasakan penderitaan mereka. Aku menutup buku itu, dan cahaya redup pun padam. Aku berdiri di ruangan itu, terdiam, merenungkan apa yang telah kulihat dan ku baca. Menara Kegelapan, penjara jiwa, tempat di mana kegelapan dan kesedihan bersemayam. Aku meninggalkan menara itu dengan perasaan berat, membawa cerita-cerita kelam itu dalam hatiku. Aku tahu, cerita-cerita itu akan terus menghantuiku, mengingatkan aku tentang kegelapan yang tersembunyi di dalam diri manusia.