Mengapa Surplus Pangan Harus Didayagunakan?

Surplus pangan merupakan kelebihan produksi pangan yang tidak digunakan dan sering kali dibuang begitu saja. Namun, apakah seharusnya surplus pangan didayagunakan? Dalam konteks kebutuhan manusia yang terdiri dari pangan, sandang, dan papan, kebutuhan pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Sayangnya, masih terdapat angka malnutrisi yang tinggi di dunia, termasuk di Indonesia yang menjadi negara dengan pembuang makanan kedua terbanyak di dunia. Makanan-makanan yang dibuang tersebut berasal dari sisa makanan pesta, acara perusahaan, restoran, bahkan sisa makanan rumah tangga. Apakah sisa makanan ini harus dibiarkan membusuk begitu saja di tempat sampah? Sebuah organisasi nirlaba telah memberikan solusi bagi permasalahan terkait pembuangan sisa makanan ini. Dengan slogan zero food waste dan zero hunger, organisasi ini mengajak untuk mendonasikan surplus dan sisa makanan yang masih layak konsumsi kepada kelompok-kelompok yang membutuhkan, mulai dari para pengungsi hingga kaum marginal. Organisasi ini menerapkan pendekatan 3R, yaitu penyaluran kembali, pemrosesan kembali, dan daur ulang, untuk mengelola surplus pangan. Mereka bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mendapatkan suplai surplus makanan yang tidak diproduksi secara sempurna atau sisa sampah organik yang dapat disalurkan kepada orang yang membutuhkan atau didaur ulang sebagai makanan hewan. Semakin banyak makanan yang dikelola oleh organisasi ini, semakin banyak pula orang yang terbuka keinginannya untuk turut berkontribusi. Hal ini tentu saja membawa dampak positif terhadap lingkungan sosial. Selain bekerja sama dengan organisasi sejenis, kita juga bisa memulai dari diri sendiri untuk mengurangi pembuangan makanan. Misalnya, dengan mengambil dan memesan makanan sesuai porsi yang diperlukan dan mengubah pola pikir tentang makanan yang dipesan untuk memenuhi kebutuhan bukanlah sekadar keinginan. Kesadaran semacam ini akan membawa dampak positif terhadap lingkungan fisik karena mengurangi pembuangan sampah makanan. Sayangnya, masih ada pihak yang tidak sadar akan fenomena ini atau memiliki sifat impulsif yang menjadi penyumbang sampah makanan terbesar. Memberdayakan surplus pangan tidaklah sulit jika sudah muncul kesadaran dari diri sendiri dan di sekitar kita. Memulai dari diri sendiri merupakan langkah awal yang diharapkan dapat menularkannya pada orang-orang di sekitar. Hal ini merupakan proses pembentukan pola pikir yang masih harus terus dilaksanakan untuk mengubah wajah dunia menjadi lebih baik dalam melihat dan menyikapi makanan. Dengan pengubahan ini, diharapkan pada tahun 2022 dapat terjadi perubahan yang signifikan dalam pendidikan mengenai surplus pangan.