Keadilan dan Etika dalam Pembagian Kekayaan: Mengapa 100 Triliun untuk 11 Orang Adalah Masalah? **

Bayangkan sebuah skenario: 100 triliun rupiah, jumlah yang fantastis, tiba-tiba jatuh ke tangan 11 orang. Bagaimana seharusnya uang itu dibagi? Apakah adil jika hanya segelintir orang yang menikmati kekayaan luar biasa ini, sementara jutaan orang lain hidup dalam kemiskinan? Artikel ini akan membahas isu keadilan dan etika dalam pembagian kekayaan, khususnya dalam konteks 100 triliun rupiah yang dibagi di antara 11 orang. Sudut Pandang: Dari sudut pandang seorang siswa, pembagian kekayaan yang tidak adil dapat memicu rasa ketidakadilan dan ketidakpuasan. Bayangkan jika 100 triliun rupiah itu digunakan untuk membangun sekolah, rumah sakit, atau infrastruktur yang bermanfaat bagi seluruh masyarakat. Bukankah itu lebih adil dan berdampak positif bagi semua orang? Argumen: * Keadilan Sosial: Pembagian kekayaan yang tidak merata menciptakan kesenjangan sosial yang besar. 100 triliun rupiah dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, bukan hanya segelintir orang. * Etika dan Moral: Membagi kekayaan secara adil adalah tanggung jawab moral. Setiap orang berhak mendapatkan kesempatan yang sama untuk hidup layak, dan 100 triliun rupiah dapat menjadi katalisator untuk mewujudkan hal tersebut. * Dampak Ekonomi: Investasi yang merata dan berkelanjutan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif, bukan hanya keuntungan bagi segelintir orang kaya. Kesimpulan:** Pembagian 100 triliun rupiah untuk 11 orang menimbulkan pertanyaan serius tentang keadilan dan etika. Sebagai siswa, kita harus kritis terhadap sistem yang menciptakan kesenjangan dan mendorong pembagian kekayaan yang tidak adil. Kita harus berjuang untuk keadilan sosial dan ekonomi yang lebih baik, di mana kekayaan dibagikan secara merata dan bermanfaat bagi semua orang.