Fase Pertumbuhan Fikih dan Ushul Fikih dalam Periode Rasulullah Saw.

Fase pertumbuhan fikih dan ushul fikih yang terjadi pada periode Rasulullah Saw. adalah periode istimewa dalam sejarah Islam. Pada periode ini, Rasulullah Saw. sebagai penyampai wahyu Ilahi, menyampaikan wahyu yang menjadi satu-satunya sumber hukum Islam. Tidak ada ijtihad Sahabat, ijma, atau sumber lain yang digunakan selain al-Qur'an dan Sunnah. Dalam fase ini, Rasulullah Saw. melakukan ijtihad ketika tidak terdapat nass al-Qur'an. Para ulama membagi ijtihad menjadi dua kategori: ijtihad terkait dengan persoalan-persoalan duniawiyah dan ijtihad terkait dengan hukum-hukum syara'. Dalam masalah-masalah yang terkait dengan kebaikan urusan dunia, seperti persoalan peperangan, para ulama sepakat bahwa Nabi Saw. boleh melakukan ijtihad. Namun, dalam persoalan yang terkait dengan hukum-hukum syara' dan persoalan keagamaan, terdapat perbedaan pandangan di kalangan para ulama. Menurut jumhur ulama, Nabi Saw. memiliki kewenangan melakukan ijtihad karena ijtihad yang dilakukan oleh Nabi Saw. tidak berasal dari hawa nafsunya melainkan berasal dari wahyu. Jika umatnya saja diperkenankan melakukan ijtihad padahal ada kemungkinan salah, maka tentu lebih diperkenankan bagi Rasulullah Saw. yang ma'süm atau terjaga dari melakukan kesalahan. Dalam beberapa kasus, Rasulullah Saw. menetapkan hukum dengan menggunakan metode berpikir ushul fikih. Misalnya, ketika Rasulullah Saw. menjawab pertanyaan Umar bin Khattab apakah batal puasanya seseorang yang mencium istrinya, Rasulullah Saw. menggunakan metode qiyas dalam ushul fikih. Cara-cara seperti itu merupakan cikal bakal munculnya ilmu ushul fikih. Dengan demikian, periode Rasulullah Saw. merupakan periode penting dalam sejarah fikih dan ushul fikih. Pada periode ini, Rasulullah Saw. sebagai penyampai wahyu Ilahi, menyampaikan wahyu yang menjadi satu-satunya sumber hukum Islam. Ia juga melakukan ijtihad ketika tidak terdapat nass al-Qur'an dan menggunakan metode berpikir ushul fikih dalam menetapkan hukum. Periode ini menjadi cikal bakal munculnya ilmu ushul fikih dan menjadi dasar bagi perkembangan fikih dan ushul fikih di masa mendatang.