Ketika Kucingku Menjadi "Chef" **

Pagi itu, seperti biasa, aku terbangun dengan aroma kopi yang menggoda. Namun, kali ini ada aroma lain yang menyertai, aroma yang tidak biasa. Aroma yang manis, sedikit gosong, dan sangat familiar. Aku segera menyadari sumbernya: dapur. Dengan langkah gontai, aku menuju dapur dan mendapati pemandangan yang tak terduga. Kucingku, si Bulu, berdiri di atas meja, dengan bangga menatap hasil karyanya. Di atas kompor, sebuah panci berisi cairan cokelat kehitaman mendidih dengan gelembung-gelembung kecil. Di sampingnya, sebuah sendok kayu tergeletak di lantai, sepertinya baru saja terlepas dari cengkeraman Bulu. Aku tercengang. Bulu, yang biasanya hanya bermanja-manja di pangkuanku, ternyata sedang "memasak". Aku segera mendekat dan melihat lebih dekat. Ternyata, Bulu sedang mencoba membuat cokelat panas. Dia telah mengambil bungkus cokelat bubuk dari lemari dan mencampurnya dengan susu di dalam panci. Sayangnya, dia lupa bahwa api kompor masih menyala, sehingga cokelat panasnya hampir gosong. Aku tertawa melihat tingkah Bulu. Meskipun "masakannya" tidak sempurna, aku merasa terhibur dengan upayanya. Seolah-olah dia ingin membuatku bahagia dengan "karya" buatannya. Sejak hari itu, Bulu tidak pernah lagi "memasak", tetapi kenangan tentang "cokelat panas" buatannya selalu menghiburku. Pesan:** Anekdot ini mengajarkan kita bahwa terkadang, hal-hal yang tidak terduga dapat membawa kegembiraan. Kepolosan dan rasa ingin tahu Bulu, meskipun membuat kekacauan di dapur, mengingatkan kita untuk selalu melihat sisi positif dari setiap situasi.