Jejak Cahaya di Kota Awan **

** Tahun 2077. Kota Awan, sebuah metropolis megah yang menjulang tinggi di atas awan, menjadi rumah bagi jutaan jiwa. Gedung-gedung pencakar langit yang berkilauan, dihiasi dengan taman-taman vertikal yang rimbun, menjulang ke langit biru yang tak berujung. Di antara hiruk pikuk kehidupan modern, seorang pemuda bernama Arga, seorang ahli robotika muda, tengah berjuang untuk menemukan makna di balik kemajuan teknologi yang begitu pesat. Arga menghabiskan hari-harinya di laboratorium, merancang robot-robot canggih yang mampu membantu manusia dalam berbagai bidang. Namun, di balik kesibukannya, ia merasakan kekosongan. Kehidupan di Kota Awan, dengan segala kecanggihannya, terasa dingin dan impersonal. Manusia, terkurung dalam dunia virtual, kehilangan sentuhan manusia yang sesungguhnya. Suatu hari, Arga menemukan sebuah buku tua di gudang laboratorium. Buku itu berisi catatan-catatan tentang kehidupan di masa lampau, sebelum teknologi merajalela. Ia membaca tentang alam yang hijau, tentang manusia yang saling berinteraksi dengan hangat, tentang nilai-nilai luhur yang terlupakan. Sejak saat itu, Arga mulai meragukan tujuan hidupnya. Ia bertanya-tanya, apakah kemajuan teknologi benar-benar membawa kebahagiaan? Apakah manusia, dengan segala kecanggihannya, telah kehilangan jati dirinya? Arga memutuskan untuk meninggalkan Kota Awan dan mencari jawaban di dunia luar. Ia menaiki pesawat udara yang membawa dirinya ke sebuah desa terpencil di kaki gunung. Di sana, ia bertemu dengan seorang nenek tua yang bijaksana, yang mengajarkannya tentang nilai-nilai hidup yang sederhana. Nenek itu bercerita tentang pentingnya hubungan manusia, tentang keindahan alam, tentang kebahagiaan yang sejati. Arga mulai memahami bahwa teknologi hanyalah alat, bukan tujuan. Kebahagiaan sejati terletak pada hubungan manusia, pada rasa syukur, pada kecintaan terhadap alam. Arga kembali ke Kota Awan dengan hati yang penuh harapan. Ia memutuskan untuk menggunakan keahliannya untuk menciptakan robot-robot yang dapat membantu manusia untuk lebih dekat dengan alam, untuk membangun kembali hubungan manusia yang sesungguhnya. Arga percaya bahwa masa depan yang cerah bukan hanya tentang teknologi, tetapi juga tentang nilai-nilai luhur yang terlupakan. Ia ingin membangun dunia di mana manusia dan teknologi hidup berdampingan, saling melengkapi, dan menciptakan harmoni yang indah. Di tengah gemerlap Kota Awan, Arga menebarkan benih-benih harapan. Ia percaya bahwa jejak cahaya yang ia tinggalkan akan menginspirasi orang lain untuk menemukan makna hidup yang sejati, di tengah kemajuan teknologi yang begitu pesat.